By the way, saya tahun ini mengajar di Kelas 1, sesuatu yang baru karena notabene saya biasa ada di kelas besar, either pra-remaja atau kelas 4, tapi tahun ini saya memberanikan diri buat terjun di dunia anak-anak yang imut-imut, beberapa unyu-unyu, dan sisanya liar bin memprihatinkan (let me talk about what I mean with 'memprihatinkan' later, ya). Jadi, karena hal ini, sharing mengajar sekolah minggu selanjutnya lebih berhubungan dengan aktivitas untuk anak kelas kecil, meski tidak menutup kemungkinan saya membagikan ide untuk kelas besar.
Kemarin Minggu, kami membahas cerita tentang Raja Salomo, bagaimana dia lebih memilih hikmat daripada kekayaan, umur panjang maupun kekuasaan atau ketenaran. Lalu saya menyampaikan salah satu kisah yang terkenal dari Salomo: perebutan bayi.
Tadinya saya pengen pakai toga wisuda saya, plus bikin mahkota, supaya saya tampak seperti raja, tapi karena beberapa alasan, saya batal melaksanakan rencana ini. Alat bantu yang saya siapkan hanya gambar bayi, dan beberapa gambar hal-hal yang bisa saja dipilih Salomo, tapi tidak dia ambil, seperti gambar mahkota untuk lambang kekuasaan, roti ulang tahun sebagai lambang umur panjang, dan uang mewakili harta dan kekayaan.
Kami mulai dengan nyanyian dulu seperti biasa, kemudian persembahan, dan baru masuk ke dalam cerita. Well, saya mengatur meja memanjang ke belakang, seperti meja rapat, alih-alih satu arah ke depan seperti penataan konvensional di sekolah. Saya pengin anak-anak lebih nyaman berhadap-hadapan (dan nantinya mewarnai gambar) dan fokus pada saya lebih mudah.
Ketika mulai bercerita, saya mengawali dengan mereview cerita di beberapa pertemuan sebelumnya. Kami sudah membahas Yusuf, yang terkenal dengan mimpinya, dan ada Daud, Saul dan Yonathan. Hari ini, saya memancing keingintahuan anak-anak dengan bertanya kira-kira siapa raja baru yang merupakan anak Daud dan menggantikan ayahnya itu. No one answered correctly, but that's fine. Yang saya suka, banyak anak masih saja ingat kisah Yusuf dan Daud.
Kemudian saya menceritakan bagaimana dua ibu berebut bayi, dan bagaimana Salomo akhirnya memutuskan siapa ibu yang sesungguhnya. Ketika diusulkan bayi dipotong, anak-anak pun juga menyeletuk, 'Kasihan, nanti mati.'
Saya melanjutkan dengan menanyakan kenapa Salomo bisa hebat seperti itu. Memilih dengan benar. Dan masuklah saya ke cerita bagaimana Allah menawarkan mau mengabulkan permintaan Salomo. Saya meminta anak-anak untuk menutup mata, karena saat itu pun Tuhan menampakan diri lewat mimpi kepada Salomo. Sambil saya menunjukan satu persatu gambar tadi, anak-anak saya minta untuk mengintip. Tapi namanya anak-anak, dan karena mereka penasaran, ngintipnya cuma berhasil sekali, sisanya mereka melotot pengin tahu.
Dan akhirnya, untuk memberi tahu apa yang dipilih Salomo, saya membuka selembar kertas panjang yang saya tulisi kata HIKMAT. Satu anak berhasil menjawab dengan malu, 'Hikmat itu kebijaksanaan,' meski saya juga tahu mereka belum paham konsep hikmat maupun kebijaksanaan. Jadi saya memberikan contoh bagaimana jadi anak pintar saja tidak cukup, tapi perlu tahu mana yang baik dan mana yang jelek. Jadi nilainya bagus-bagus di sekolah, tapi kalau suka berkelahi atau suka merusak tanaman, itu tidak berhikmat.
Aktivitas minggu kemarin adalah memilih dan mewarnai gambar perbuatan yang baik untuk dilakukan. Seperti biasa saya ikutan mewarnai, supaya anak-anak semangat dan merasa bahwa ini pekerjaan bersama, dimana gurunya juga ikut mewarna.
Ketika mewarna, satu anak berkata, "Pak Guru, kata Bu Guru di sekolah, kalau mewarna itu satu arah. Kalau dari atas-ke bawah, ya terus begitu."
Next week, we're gonna talk about the story of how King Solomon built the Temple, but I won't be delivering the story.
1 comment:
thanks Kakak sharing materi sunday school ....Gid bless you more😇😇😇
Post a Comment