Sunday, December 13, 2009

Dan's view at the evaluation of TL...

[FB user please click here as always!]

Hi.

Desember itu bulan yg gembira (it should always be like this) sekaligus sebagai 'The Darkest Month of the year' for teachers...

Gembira karena liburan panjang (harusnya) yg artinya: lebih banyak waktu istirahat, en waktu tidur siang, en waktu begadang yg banyak... Nda gembira berarti karena bulan gelap ini nda ada income buat para guru les... wakakaka, sekaligus kalo mau dilihat kesibukan buat persiapan Natal, ini tetep jadi bulan tersibuk (padahal tiap bulan memang si sok-sibuk menyibukkan diri)... tapi eniwe, nda ada alasan buat berhenti bersyukur ditengah kesibukan ini, en terus berdoa, biar saya will never feel that solitude and loneliness among the multitude and all the busyness.. (For my cousin, jangan protes bilang saya nda bersyukur... Hihihi).

Eniwe, entah kenapa sebener'e sudah ada beberapa topik buat posting, tapi sindrom males ini bikin saya lupa posting. Dan entah kenapa justru topik yg mo saya bahas ini bikin saya semangit, eh, semangat buat nulis disini.

Minggu ini jadi minggu sibuk di sekolah, setelah minggu sibuk gara2 pelaksanaan Ulangan Akhir Semester Ganjil. Nah, seperti biasa, sudah pada antisipasi (baik guru maupun murid) adanya Ulangan Remidi!!!

I WOULD ALWAYS DISAGREE WITH SUCH SYSTEM OF REMEDIAL THINGS.....

Saya nda suka mental pendidik en pelajar jaman sekarang yg banyak berharap en pasrah dengan yg namanya remedial testing, remedial teaching, remedial etc etc... Buat saya kesalahan itu tidak untuk diperbaiki. We learn from our mistake. Yg udah, ya udah. Belajar en improve diri setelah melihat itu. Tapi kenyataannya, sistem remidi semacam ini sudah bikin mental siap diri en improve turun.

Anak-anak sudah selalu terkonsep, "Kalo tes-nya jelek, ah gapapa, tar kan ada remidi, en alhasil selalu naek en tuntas entar..." NO WAY! Saya paling nda mau kalo disuruh remidi terus nilai jelek, asal naikin nilai biar tuntas, biar saya sendiri nda repot...

Guru-guru juga kadang kalo sudah nilainya jelek2, asal kasi tugas remidi, yang kadang njeglek banget level-nya dengan kompetensi yg sedang diuji... Asal aja, biar keliatan ada perbaikan, terus tiba-tiba nilai naek semua... Saya dengar dari sana-sini, banyak yg seperti itu. Anak2 les, anak2 di gereja juga sering pada cerita begitu. Apalagi yg ironi adalah, ada satu anak les tiba2 dikasi tau oleh gurunya (yg katanya killer), "Besok remidi semua satu kelas." Waktu saya tanya, nilainya berapa, eh si anak boro-boro dikasi tahu nilainya. Jarak seminggu, ternyata nilai aselinya jauh di atas KKM, en malah bagus... Gubrak!

Saya masih inget kelas enam SD dulu, ini bakal sangat membekas, karena itu pertama kalinya saya dapet nilai 0 (NOL! ZERO! NOUGHT!), en buat Pendidikan Agama Katolik (remember: saya SD di Tarakanita). Waktu itu sistem pengajarannya masih konvensional (baca: Kolot en monoton). Dua jam seminggu, tiap ketemu kita mulai dengan ulangan sejam, en pelajaran sejam. Buku ulangan dibagi harus ditanda tangan ortu, minggu depan harus dibawa. Nah, apesnya waktu itu saya tidak bawa tu buku ulangan. Sudah keringat dingin, ga bisa mikir ulangan, en alhasil memang ga' boleh ikut ulangan en berbuah dengan satu nilai telor itu... (en akhirnya rata2 di raport jadi enam!) Saya bakal ingat kejadian itu. No remedial teaching. No remedial test. No excuse. No opportunity to redeem my mistake at all...

Saya iri dengan anak2 jaman sekarang. Mereka bisa yang namanya remidi. Saya termasuk salah satu guru yang idealis, en ngasi nilai apa adanya. Sempat tadi pagi pusing, en stuck, memandang dua nilai Nol seorang anak. Tidak ikut ulangan, tidak nyusul, tidak nemui saya. Mau dibagaimanakan?

Kadang saya mikir, apa saya yang kurang jelas dengan konsep remidial things... Atau memang saya yang ternyata masih idealis. Saya paling anti dengan namanya katrol mengatrol en manipulasi nilai. Mau lima milyar, mau sepuluh milyar, never will I do such stupid thing!

Saya tetep bersikukuh, berdiri tegak pada pendirian saya: Learn from your mistakes.

GBU all!

Tuesday, November 3, 2009

Daniel meneropong sampe melirik ke belakang

[For FB user, please, please, please click here...]

50 hari. Selang yang cukup lama buat seorang blogger hibernasi. Yang saya lakukan macam2: mulai dari menghabiskan waktu untuk fesbuk yg tidak begitu penting dan sekarang sudah jadi part of my chores, sampe dengan mengejar deadline laporan bacaan untuk kuliah. Ya, saya sudah mulai kuliah sekarang.

Kegiatan kuliah dan ini itu segalanya membuat saya sibuk kepalang, jangan lupa tambahkan segala kegiatan pelayanan di gereja yg sebenarnya menyingkirkan hal-hal yg kurang penting untuk aktivitas yg lebih membangun (I wish I could really understand this statement). Saya makin disisakan sedikit waktu untuk bermain dengan teman, dan melakukan hobi saya yg laen, termasuk tidur yg makin parah sekarang ini.

Disela2 kesibukan saya, selalu ada waktu, or kesempatan yg saya curi, atau meresap begitu saja ke dalam pikiran, dan sepersekian menit, atau bahkan detik, menutup pikiran saya dari keadaan di sekitar... Memori yg sudah lalu, yg belum saya kubur atau masukkan lemari penyimpanan paling dalam di otak saya, yg memang saya pajang di galeri pikiran saya, muncul dan teringat lagi.

Saya teringat kira-kira sembilan belas tahun yg lalu, ketika saya pertama kali masuk TK. Saya teringat memori saya lari-lari mencoba melarikan diri dari kejaran mama karena berontak tidak mau masuk sekolah. Saya teringat beberapa hari kemudian saya yang mengejar mama yg mencoba mengancam dan melarikan diri karena sudah tidak kuat memaksa saya sekolah... Saya teringat masa-masa itu, bagaimana saya mencoba menolak dididik dan sekarang menyadari bagaimana didikan (formal maupun informal) begitu menyenangkannya dan mengisi hidup saya.

Saya teringat masa-masa saya SMP yg sebenarnya lucu dan aneh. Cinta monyet dan lain sebagainya. Perselisihan dan permusuhan. Klik-klik yang terbentuk dan saling berkompetisi dan bahkan menentang satu sama lain. Permintaan aneh dan sensasi konyol ketika 'geng' saya keliatan paling keren. Mutung-mutungan dan mood-moodan... Saya teringat waktu-waktu ketika memang pengakuan terus jadi kebutuhan yang terbesar.

Saya teringat kembali kejadian saya jatuh dari motor waktu saya pertama kuliah. Bagaimana saya membohongi orang tua saya, berdalih bahwa teman yang akan menaiki motor itu, dan berakhir dengan saya terseret motor yang miring dan jatuh. Parahnya sepupu saya juga saya ajak jadi korban. Sampe sekarang kejadian ini terus terngiang, meski saya sudah memecahkan trauma itu dengan bolak-balik PP Salatiga-Magelang yg mulai jadi rutinitas baru. Saya belajar untuk, alih-alih berbohong pada orang tua saya, lebih terbuka dan jujur, karena ternyata itu yang membuat keluarga makin erat.

Saya teringat beberapa waktu ini, ketika saya sedang sibuk-sibuknya dan sedemikian banyak tugas serta aktivitas mencoba menumbangkan saya. Saya bisa bertahan, namun yang jadi korban ketidaksemangatan saya adalah teman-teman saya. Saya masih mengingat, dengan jelas apa yg saya sebut kelemahan saya, perkataan, 'Dankuur kok mukanya lusuh...' atau 'Dankuur mukanya kucel banget...' Sebenarnya saya bisa dengan cuek dan pasang tampang badak mengatakan, 'Memang bawaan orok.' Tapi saya masih mengingat dan bersyukur untuk teman-teman yg sudah kasi saya input. Bahwa ini muka capek juga ngefek bikin orang capek.

Saya teringat satu kejadian kecil ketika saya akan pulang dari kuliah beberapa tahun lalu. Saya sedang menunggu bis, dan bertemu seseorang yg mengaku kehilangan dompet. Tampangnya kasihan dan capek. Tapi saya sendiri bingung bagaimana saya harus menolong. Uang di dompet juga cuma cukup untuk saya pulang sendiri. Dan kejadian ini, seperti yang saya ingat, berakhir dengan saya minta maaf dan meninggalkannya masuk bis yang sudah mencoba melaju meninggalkan saya... Saya menyesal saat itu tidak bisa membantu. Bagaimana nasib orang itu saya juga tidak tahu. Saya mengingat kejadian yang membekas itu, dan sekarang jadi pelajaran untuk melakukan kebaikan dengan spontan dan rahasia...

Saya teringat beberapa hari lalu yg sudah saya lewatkan dengan sia-sia. Banyak tugas menumpuk, tapi saya terlalu bodoh untuk menghabiskan waktu menatap layar fesbuk di laptop saya. Mendownload seabrek banyak dokumen tapi belum bisa 100% memanfaatkan semua resource yang sudah saya unduh itu. Saya kadang menyesal, dan mengaku di malam hari, belum sepenuhnya bijak mengelola waktu... Saya mengingat waktu-waktu itu, dan mencoba belajar untuk lebih maksimal lagi, mengalahkan deadline supaya tidak berakhir dengan diteror deadline.

Saya teringat bahwa diri saya ini adalah seorang pelupa yg sudah bergabung dalam Akademi Pikun, dan sebenarnya mencoba men-drop-out-kan diri, tapi sedemikian susahnya keluar dari Akademi ini. Tapi saya sendiri kadang heran bagaimana semua memori ini bisa muncul dengan sendirinya, dan menjadi ide untuk menulis, tapi kalau boleh jujur, ide awal post ini pun tidak seperti ini, karena lagi-lagi Pikun 101 sudah mendasar di dalam otak saya...

Akhirnya, saya teringat permintaan dan pertanyaan beberapa teman-teman yang selalu mendorong saya untuk kembali menulis, 'Dankuur mana notes-nya...' atau 'Dankuur sudah sebulan nda nulis notes, loh...' Saya berterima kasih buat teman-teman yg sudah berkomentar demikian.

GBU guys...

5 hari lagi...



NB: The days are hot. Fisik di luar panas, di tambah hati di dalam yang tidak berhenti 'dipanas-panas'i. Saya mencoba untuk tidak mengungkapkan masalah-masalah dan keluhan saya lewat fesbuk maupun notes, kenapa? Saya percaya status yang positif jauh lebih membangun dan ngefek baek. Do (read: SAY) something beautiful. Dan saya terus menyiram 'emosi' yang mencoba meledak, meskipun beberapa sukses mengalir keluar dan beberapa kali menambah imej saya yang keras dan galak... :D

Monday, September 14, 2009

Daniel berkaca dari orang lain

Halo.

Ngaca jadi salah satu hobi saya, entah sekedar buat menikmati indahnya diri saya (iya, silakan mutah), or praktek berpose en senyum (latihan dulu), plus ngoreksi apa yg masih perlu dirapiin en dibersihin dari si 'saya' yang terjebak di dalam dunia kaca (kaya Alice aja). Eniwei, pokok'e dari berkaca, kita bisa melihat seperti apa diri kita, walo kata temen saya, berkaca tu bukan sebener'e kita, considering that our left becomes their right... :)

Btw, beberapa hari lalu diriku seperti biasa memulai hari2 kerja (baca: mengajar) di SMP dengan briefing pagi, yg diawali dg renungan plus sharing trus briefing. Kadang ada sharing yg menarik. Kadang ada yg menggugah minat. Kadang klise. Tapi diriku mencoba terus menyimak dengan baek, en memahami kenapa mereka berbicara seperti itu. Pernah sekali diriku agak shock en annoyed dengerin satu rekan yg nge-share pandangan dia dengan ST banget (Sok Tahu). View-nya dia salah. Ngawur. Diriku juga paling ga sreg kalo dengerin orang sok tahu.

Waktu bisa nge-judge kaya gitu, pagi itu, diriku langsung kaya ada yg nampar. 'Bukannya selama ini dirimu ya ST, ta, Dan?' one side of my brain whispered. Well, yes. Ternyata diriku nyadar gara2 kejadian pagi itu. Diriku ga suka liat or denger orang ST, tp kenyataan diriku masih sering ST. Kenapa ga diem aja kalo memang ga tahu. Kenapa ga denger aja kalo mm pendapat kita juga sama aja. Berkaca. Diriku diem, en belajar.

Diriku kadang sering bothered, terganggu liat rekan kerja yg males2an. Jatahnya bikin, en nyelesaiin kerjaan, tau kalo ada banyak pekerjaan numpuk, eh malah ngobrol2. Ini yg sering bikin jengkel. Tapi kadang melihat mereka bermalas2an kaya gitu, diriku jadi berefleksi. Kadang diriku juga suka menunda, en walo beres di akhir detik2 deadline, tapi kadang juga masih 'males'2an versinya saya: ngeNet, baca-baca hal yg nda berhubungan, nyantai2... Oke, pekerjaan emang selalu selesai, tapi menumpuk. Yg terakhir paling nda penak. Berkaca. Diriku merenung, en belajar.

Sering kali diriku melihat anak2 or bahkan orang dewasa yg merasa minder. Ga pede-an (en ini bukan berarti lawan katanya narsis). Mereka ngomong ga berani lihat lawan bicara. Ga berani pandang lawan bicara, nunduk. Ngomong sama si A, tapi bahasa tubuhnya keliatan banget nda nyaman en ga pengin ngomong sama si A, takut en anxious. Waduh. Diriku juga sering nemuin kalo lagi ada yg ngomong, tapi ga dilihat, saya agak males ngobrol jadinya. Loh, kayanya ini diriku yg dulu, or kadang masih yg sekarang. Walo saya sudah belajar banyak untuk tidak usah malu en grogi, tapi apa saya sudah 'memperhatikan' lawan bicara saya, ya? Berkaca. Diriku belajar dari mereka.

Talk behind someone's back. Nggrundeli orang. Ngomongin orang. Paling males kalo diajak begituan; paling menghindari. Kadang kalo ada rekan kerja yg barusan ada masalah, terus beraninya bisik2 cerita ke orang laen diriku agak males juga. Kemaren ada kasus yg cukup besar, en ada satu rekan yg cuma bisa ngomong sana-ngomong sini, begini dan begitu, tapi ga berani konfront langsung. Memang keliatannya dia coba cari solusi, or malah coba cari dukungan. Hm. Diriku menghindar, or kalo diajak ngomong ya cuman dengerin, simpen dulu, dan tanggepi dengan, 'Oh...', 'Iya?', or 'Hmm... Gimana ya?'. Tapi saya terdiam. Kadang walo sudah sering mencoba menghindar gosip, or grundelan, diriku juga satu, dua, tiga, dan sekian kali mencoba cari celah bocor buat nggosip. Duh! Berkaca. Diriku ga mau seperti mereka. Saya belajar.

Satu hal yg paling bikin diriku, plus adekku, ga begitu nge-respect Papa kami (tolong jgn disalahartikan) adalah kebiasan smoking-nya dia yg buruk. It doesn't mean that I hate smokers. No. Saya menghormati smokers yg mencoba cari smoking-area, ga ganggu yg laen yg non-smokers. Tapi papa saya ngeyel. Meski kami sudah 'mengucilkan' dia, so kalo dia ngerokok ga boleh deket2 en biasanya di ruang tamu, tapi akhir2 ini baunya makin strong en nyebar kesana-sini. Kebiasaan yg dianggep memuaskan dirinya, bikin orang laen jengkel. Ini ga baek. Tapi, bukannya saya kadang begitu juga? Hm. Saya masih juga ada kebiasan buruk yg mungkin bikin orang laen jengkel. Ego saya sendiri. Repot dirasain orang laen. Hm. Berkaca. Diriku mikir dan belajar.

Berkaca dari orang laen bukan cuma melihat dari yg jelek2 so kita nda mau ngikutin mereka. Melihat juga yg baek2 yg kemudian kita bisa tiru. Melihat apa yg bisa dipelajari dan dicontoh dari model yg mereka pantulkan. Hm. Ini yg menantang. Juga memandang Sosok yg selalu kasih model, plus inspirasi, yg nda pernah habis en selalu layak buat ditiru. Sebagai guru pun diriku sering mencoba melihat, apa saya sudah jadi kaca yg mantulin karakter2 yg pantas dilihat, or hal2 yg layak dipandang sama anak2, or rekan2 yg laen ya? Apa saya sudah jadi teladan yg baek ya? Hm. Belajar.

Woke, tenkyu sudah membaca sejauh ini. Semoga kita bisa belajar bersama dan terus berkaca dalam hidup ini. Diriku mau ngaca dulu. Hehe.

GBU!

NB: (1) Diriku lagi pengin banget ngikutin komik Naruto, tapi ga sebegitu ketagihannya, (2) Ada yg bisa ngajarin maen2 bikin 3D? en (3) I am fed up with downloading so many documents and files from the Net, but why I can't stop hunting for any downloadable materials? Duh!

Tuesday, September 1, 2009

Daniel found several inspirations... (dan ga mau kaya Marshanda)

Hi!

Diriku kasian juga liat Marshanda. Sudah sempet donlod dua tube dari youtube tentang si Cha2 yg nyanyi sambil nangis. Frowning. Aneh. Ngopo kuwi, nda mudheng. Sudah lama juga nda nyimak inpotainment... :p Tapi kalo ada orang yg bisa sampe sebegitu unwell-nya (kalo dia ga mau dikatakan mad), berarti something wrong within, plus many pressuring wrongs from outside... :)

Eniwei, ada tiga hal (or bidang) yg kalo sudah bermasalah, juga bisa bikin diriku down, depresi, en ujung2nya males ngapa2in (baca: lemes, lesu, nda bersemangat). Dan mereka adalah: hubungan dengan Tuhan, temen (or more often close friends), en gereja. Yang terakhir, sudah beberapa hari bikin down en males. Semalem pun rasane loyo banget buat dateng ke gereja (walo awalnya ga loyo buat kumpul bareng anak2 KTB, yg seneng ngaco... :p). Stres.

Tapi, praise the Lord, kalo diriku tetep kuat (which is for me a big change in my life, bandingin dengan jaman dulu yg full mutungan en males2an kalo udah ada masalah...). Diriku ga kepengin kaya Marshanda, yg kalo udah down, terus blow up... Meledak. Rekam youtube, sebarin, en 'cari sensasi' (or lebih tepatnya hunting pity from others... sory). Jangan bayangin juga diriku terus rekam video narsis, sambil nangis bombay, telenji dada, terus nyanyi2 Lupa-Lupa-Ingat sambil meratapi kesedihan dan kedudulan hidupku plus mengacak2 rambutku yg tadi barusan dibilang ga terawat oleh anak2ku... Mutah, silakan mutah...

Diriku bisa bertahan selaen karena yakin sama Tuhan, juga karena banyak hal stupositip lainnya yang bisa saya lihat, en instead of stupidly sitting and thinking of my problems without doing nothing, kenapa juga ga mencoba me'metani' yang baek2 en keep on running on my track, masih banyak yg bisa dilakukan... Dan masih banyak yang bisa dilihat. Masih banyak yang terus memberi inspirasi dan membuat saya salut. Masih banyak yang memberkati dan menguatkan...


Saya salut dengan satu sahabat yang sudah berubah. Dulu pernah melewati masa-masa gelap yg emang sudah down-se-down-downnya yang keliatannya sudah nda ada harapan; saya kagum dengan perjuangan en pemikiran dewasanya. Sekarang lebih mau terjun en peduli en mau kembangin diri lebih lagi... Salut buat kasih en kepedulian yang sudah ditunjukkin juga...

Saya salut dengan sepasang kekasih yg both are willing to (and perhaps called) to teach... Mereka yg sudah berdedikasi buat mengajar, en melayani. Salut buat kepedulian dan kerinduan mereka. Salut buat perjuangan mereka melewati masalah bersama... Salut buat pemikiran 'matang' mereka (yg walo sering kita beda pendapat).

Saya salut dengan sahabat saya yang nun jauh disana, about 550 km apart. Saya melihat perubahan, ada kedewasaan dan kepercayaan serta keterbukaan. Saya masih ingat sifat dia yg nyebelin, tetapi sekarang sudah mau peduli en berkorban. Cuman gara2 ada Drum Band di kampus, dulu dia mo batalin kerja kelompok. Tapi sekarang sudah jauh berbeda, en berpikir dewasa. Saya bersyukur mengenal dia. Lagi2 juga salut buat dedikasi dia di dunia pendidikan.

Saya salut dengan beberapa mantan mahasiswa praktek yang pernah singgah en meninggalkan bekas di GKI Pajajaran (entah bekas yg baek or buruk :p Entah meracuni or justru malah diracuni). Mereka yang sudah mengamati dengan baek. Mereka yg diakhir2 masa pelayanan, sempet mendengar sharing saya. Mereka yang sudah kasi konsultasi gratis. Mereka yg sudah bikin pelayanan lebih semangat. Mereka yg sampe sekarang masih keep in touch and pray for each other...

Saya salut dengan mantan guru saya. Meski bagaimana dulu saya memandang beliau, sudah berbeda setelah sekarang saya jadi kolega dia. Saya salut dengan nilai2 dan pemikiran filosofis yg diajarkannya (yg ternyata dia juga dipengaruhi oleh dosennya), dan sekarang saya juga jadi suka men-sharingkan nilai2 itu juga di kelas... Saya salut untuk pengabdian en kerja kerasnya, meski sekarang her hair turns grey...

Saya salut buat beberapa seniors di gereja, yang beda dari seniors laen yg, sorry, uncaring and ignorant (or do not want to struggle that hard). Tapi salut buat mereka yg sudah tetep peduli en berkarya. Yang walo pemikirannya ditentang banyak orang, dan dibilang terlalu idealis, tapi tetep melayani dengan hati. Mereka yang tetep bertahan, dan tidak mundur, bukan karena hanya kasihan en terpaksa, tapi karena keteguhan hati en kepercayaan mereka yg bener. Mereka yg sudah punya sense of belonging...

And finally, saya salut buat satu murid saya, yang setiap kali melihat dia, seperti melihat potret saya di masa lalu. Satu kerja keras, en pioneer untuk sekolah. Saya ingat bagaimana saya menantang dia, "Kalo sudah siap, ntar bantu saya di sekolah ini. Almamatermu." "OK, saya juga kepikiran begitu, kok, Koh..." I long, long time ago, once said such statement, for myself (sayangnya ga ada yg pernah personally chat with me). Entah itu masih pemikiran terlalu dini, atau apa, tapi saya punya pe-er untuk memupuknya.


Saya bukan Marshanda. Saya juga nda mau jadi seperti dia. Saya bersyukur masih bisa salut, mendapat inspirasi, dan sebagainya. Saya menulis juga bukan pengin di-pity-in oleh mereka. Saya menulis mau berterima kasih untuk tetap menginspirasi saya, dan semoga orang laen.

Ada yg bilang, en saya would 100% agree, kalo jaman sekarang, people, especially the youth, are lack of inspiration, not motivation. Motivasi banyak en mudah ditumbuhkan, tapi inspirasi sedikit, or jarang, dan makin langka. Motivasi bisa meleret. Inspirasi bakal terus dikenang en nda terlupakan kalo memang real ones... :)

So, keep inspiring people, guys!!!

GB.



NB: Mungkin saya sudah keracunan kopi...

Wednesday, August 19, 2009

Daniel berpikir bahwa dirinya lagi kejepit...

Halo.

Saya terjepit. Bukan diantara teman2 yg gembrot. Bukan diantara reruntuhan bangunan. Bukan juga diantara dua kasur di rumah (meski dulu hobi saya juga menjepitkan diri diantara dua kasur, dan ga jelas tujuannya apa tapi enak aja ada di dalem sana...).

Saya terjepit di dua situasi. Antara memilih untuk membela atau memasang tembok tanpa-kompromi. Antara percaya atau anggap-saja-sebagai-angin-lalu. Antara kepedulian atau cuek sama sekali tidak acuh. Antara idealis dengan praktis. Diriku tetep pegang kata hati, en bekerja sesuai aturan, walo ga berarti untuk tidak peduli dan menjadi kaku. Diriku bingung. Sementara di dalem hati masih perlu dikorek dan dibersihkan lebih dalam lagi (dan diisi lebih penuh lagi), di luar tantangan dan tuntutan semakin banyak. Kadang kepala ini seperti ricuh, ribut, dan rame ada perang: ada beberapa sisi dari Daniel yang bertarung. Sejauh ini, satu yang menang (walo selalu berdarah-darah sampe lelah) adalah: kerendahan hati. Selalu satu makhluk ini berteriak, 'DIAM! DENGAR! DAN JANGAN JADI SI SOK TAHU!'

Eniwei, diriku barusan membaca dua paragraph pembuka tadi (plus satu kata menyapa), dan merinding sendiri en heran, kenapa en apa yang sebener'nya sudah terjadi. Mungkin temen2 juga pada heran, ini sebener'nya si Dankuur lagi kumat ayan, kumat gila, or kumat sok-filosofis-nya... Well, diriku sengaja tidak menghapus dua paragraf di atas, biar jadi bukti satu tulisan yg keluar dari otak yg mungkin kelewat besar ini.

Oke, so, diriku sudah lama tidak nge-post, dan menyadari makin males; kenapa? Banyak gawean (yg menumpuk, tapi belom sampe deadline kok, bahkan beberapa tanpa deadline, nikmatnya...). Dan ditengah semua gawean itu, diriku selalu menyempatkan diri buat dolan bareng temen2, dan hobi kami akhir2 ini adalah Angkringan a.k.a Kucingan. Iya, kami nyewa pussy cat... GA! Kami sering nongkrong malem2 menikmati wedang teh jahe or susu jahe, sambil menikmati dinginnya udara magelang di alun2 kota. So stylish en keren banget (mutahlah, dan heranlah... yg masih belom jelas angkringan itu apa, bayangkan satu kafe yang keren en diisi banyak artis, mhwahwahwahwa).

Eniwei selanjutnya, diriku kemaren barusan digitally edit satu foto narsisku. Gila, en bayangin (lucu plus narsis banget kenyataan ini). Pagi hari minggu, diriku berangkat ke gereja, buat menjalankan tugas jaga perpus shift pagi, so tidak ada kerjaan karena jemaat juga masih pada ibadah, en karena diriku ada inspirasi (baca: contekan ide) dari foto orang laen, so, diriku dengan narsisnya memotret pake kamera hape di dalem perpus gereja, en straight away ngedit tu foto, alhasil jadilah satu foto ini di jam 10 siang. Langsung deh, diriku upload tuh foto jadi propil poto di pesbuk. Wakakakaka. Bangga banget, walo menyadari ternyata dah lama ga ngedit foto efeknya gedhe juga, en tetep ae kudhu banyak belajar lagi. Thanks buat yg sudah kasih compliment, hehehe...

Oke, diriku pengin bersyukur buat beberapa (or banyak hal yg sudah terjadi selama ini), Tuhan, tolong denger, ya...
  • Buat anak2 SMAKI yg seperti biasa selalu buat sensasi di awal tahun ajaran baru, en tahun ini diriku dapet satu anak yg jadi korban 'Ihiiii, dicari Pak Dankuur,' berinisial C. Hahaha. Bangga.
  • Buat anak2 KTB yg malah jadi pemacu kerajinan kam-bing-mu yang satu ini. Sudah tiga minggu bolong, en kalo ketemu mereka sering ditanya, 'Ayo, Koh, KTB lagi... Kapan mulai?' Semangat KTB IMMANUEL!
  • Buat kerajinan bikin en revisi materi tahun lalu, plus kerajinan untuk mendisiplinkan kerohanian saya.
  • Buat keluarga yg makin lucu (en aneh) plus terbuka en ramah en akrab... Walo kadang papa masih sering marah, nico masih sering mutungan, dan mama masih sering bawel.
  • Buat SMAKI sendiri yang masih jadi wadah pembentukan karakter dan pemerkaya pengalaman.
  • Buat kesehatan. Gila yang satu ini saya sendiri juga heran. Di tengah batuk, pilek, dan flu yg menyerang kebanyakan temen, sampe sekarang, Praise the Lord, saya baik2 saja en ga kena apa2, cuman kemaren pusying gara2 digebyur (baca: dikerjain) anak2 waktu lomba di skul... Padahal sudah jadi rahasia umum kalo Dankur itu lemah fisik en ga pernah olah raga... Hahahaha...
  • Yang penting, buat sahabat-sahabat yg mengerti en mendukung dalam setiap keadaan. Meski kadang diriku sendiri masih belom bisa cerita semuanya, en menyadari belom bisa kasih banyak buat sahabat, tapi seneng kalo inget mereka, inget ada teman untuk berjuang bersama di dunia ini...
  • And above all, buat Tuhan yg makin membentuk dan terus menyertai saya...
Lagi2, diriku sudah bisa menebak pertanyaan Anda sekalian, 'Sebener'e ini dankur lagi ngomongin apa to.' Inilah resiko orang yg punya otak besar, en males buat brainstorming dulu, terus outlining ideas, organizing, proof-reading, en editing his writing (padahal notabene diriku adalah ex-asdos writing yang sudah ngublek-uthek masalah seperti ini both in Writing 1 and Writing 2)... Wakakakakakak...

GBU all, guys!

PS: Tambah satu diriku kejepit: antara sadar dengan ngayal dan ngaco. Hahahahaha...

Wednesday, July 29, 2009

Daniel (kembali) merenung, (en mungkin ngelantur...)

Halo!

Dankuur akhir2 ini bisa dibilang berkepribadian ganda. Eits!!! Jangan mikir yg nda2 dulu: Kalo pagi jadi Pak Dankur (guru yg cool en baek hati [mutah ya?], en kalo malem akika jadi Daniela yang belenggang molek dan asoy. AMIT2! Ga! Maksudnya ada dua sisi yg terus berperang di dalem ati ini.

Satu Dankuur pengin rajin kerja, rajin belajar, dan mendisiplinkan diri. Satu Dankuur yg laen mencoba menggeret Dankuur ke kemalesan yg lama. Yang menang, so far kerajinan masih bertahan. Satu Dankuur pengin terus mbisiki gosip, en ngajak nggosip yg ga membangun tapi malah men-smack-down orang. Satu Dankuur bilang apa untungnya nggosip? Yg menang: Dankuur yg ga suka nggosip sudah bisa menaklukan si Dankuur seneng gosip. Satu Dankuur pengin mengasihi keluarga-nya lebih lagi, en nunjukin itu semua ke keluarganya. Satu Dankuur yg laen mencoba menutupi semuanya itu. Yang menang: seri. Satu Dankuur pengin cuek, ga mau peduli, en pasang headset tebel2 buat nutup telinga tentang masalah gereja. Satu Dankuur tetep membakar api peduli. Yang menang: yang terakhir apinya makin gedhe.

Eniwei. Sudah sekian lama, diriku menyadari tidak nge-blog. Agak aras2en (baca: lazily abandonding reluctant) buat update blog. Mengingat juga bahwa ada twitter (yg sekarang juga sudah daku neglect-kan) dan ada plurk (yang lagi gencar, en diriku mengakui kecanduan, tapi wajar [???]). Dan plurk berhasil menaklukan kerajinanku sedikit banyak (Baca: rajin nge-plurk).

Eniwei (lagi), sebulan ini ada dua farewell, which I do HATE so much. Entah dari dulu diriku paling benci farewell party. Rasan'e emoh banget buat pisah sama seseorang. Kemaren (dulu) ama Maria. Sekarang ama Sabian. Oh, God. Rasane berat banget buat 'kehilangan' temen2 yg bisa diajak share bareng. Bisa kasih masukan. Bisa diajak konseling. Bisa diajak seneng2 bareng, en susah2 bareng. Bisa 'mudheng' 'hal-hal macam itu'. Bisa dihina en dikerjain (peace, Sab, Mar!) Arrrgh....

Diriku mencoba buat terbiasa berpisah, karena percaya besok bakal ketemu lagi (di Sorga sana, Amien). Karena percaya bahwa God has a greater plan. Karena percaya dimanapun mereka semua juga tetep bisa berkarya en melayani. Karena percaya masih ada keluarga yang jadi temen. Karena percaya masih ada sahabat2 di Magelang yg juga bisa dipercaya en diajak bekerja keras bersama. Karena percaya masih ada kasih yang sejati itu...

Untuk yg terakhir barusan, semalem ngobrol bareng Sabian (thanks Sab buat malem terakhir, wokokoko... Kapan ya malem pertama kita?). Ga banyak orang yg tahu keadaan seseorang. Ga banyak orang yg emang pernah kuceritain kenapa begini-kenapa begitu. Ga bisa juga kemudian asal cerita, kaya artis aja yg pengin cari sensasi, tar dikira orang gila. At least semalem mencoba mencari tau en menggali lebih dalem, kenapa. En sampe pada jawaban ultimate itu.

Oke, mencoba ganti topik: kerjaan (baca: ngajar). Beberapa masih tanya: Dankuur, jadi ke Jakarta? Kapan berangkat? Yang di Jogja gimana? Diriku cengok. Bingung. Heh. The fact: Saya stay di Magelang, sodara2. Ga jadi kemana2. Tetep bertahan di tempat kerja sekarang. Masih mengajar SMAKI, plus SMPKI. Kelas XI dan Kelas VII (variasi yg aneh...).

Diriku masih terus rajin, mengamati, dan mencoba tetep bekerja keras, melakukan apa yg kubisa. Belom bisa drastis juga berubah dan mengubah. Tahu bahwa ada proses, tapi tidak sebegitu lambatnya kami berubah, dan tidak bisa sebegitu cepatnya dirubah. Tapi kami mau berubah. Diriku lagi belajar mendoakan, bahkan sampe tengsin, malu, en jaim banget doa buat 'musuh' (baca: mereka yg nda sepaham) (gile bener..., dulu mikir, ngapain ndoain mereka... sekarang lagi bener2 dibanting2 ni sama Tuhan). Sudah agak lama diriku mendisiplinkan rohani juga, belajar SaTe lebih intensif, denger apa maunya Tuhan (en pagi ini ada yg bilang bahwa kehendak Tuhan tu ga bakal bisa kita ketahui... mmm... I won't fully agree to that...). Mungkin bener apa kata Pak Andreas kemaren: mengembangkan kepekaan.

2 minggu sudah lewat sedari hari2 awal mengajar. Diriku merasakan banyak perubahan kecil namun ngefek besar: ga sering marah2 di keras (walo si Deddy + Nana kemaren shock denger power/volume suara ngajarku menurut mereka 'menyentak2', padahal anak2 sudah terbiasa), en lebih banyak ketawa, becanda (tapi tetep bisa ada porsi serius). Ada satu anak yg tadinya cuek en males banget, sekarang sudah bisa saya 'siasati' en dia jadi penyemangat juga ngajar di kelas XI. Di SMP, diriku mencoba 'merendahkan diri' dateng ke anak2 yg 'bermasalah' belajarnya, tanya, kok nda mudheng kenapa, sampe mereka juga heran, 'Ini Bapak jangan2 pengin pedekate sama saia, idieh, ganjen, genit...' (padahal dua cowok). Wokokoko. Diriku lebih banyak beri motivasi en masukan, en sudah ga sebegitu kolotnya mengajar en mengharap perfeksi... Thanks God.

OK, diriku menyadari sejauh mana sudah ngelantur, karena emang hobi. Banyak yg sudah disampein, en sebagai mantan Eks AsDos Writing, diriku juga kalo suruh baca ulang bakal tereak2 ndiri karena organization teks ini kaco balo, ga tahu juntrungan mo kemana. So, moga2 kasih berkat buat semuanya...

GBU, guys (and thanks for reading)


NB: PeEr diriku tetep banyak: desain profile YPKI, bikin laporan, bikin program tahunan ngajar, nyiapin administrasi laen, dll... tapi tetep wae, sebagai procrastinator sejati, diriku masih ga bisa sepenuhnya nyelesein mereka. Tapi bakal beres kok, at least di menit2 terakhir... Hahaha!

Monday, July 6, 2009

Daniel pulang dari Camp, terus maen game (or maen game terus?)

Halo!

It's been quite a long time since I last blogged. Liburan tinggal seminggu, en masih aja ada 'Pe-eR'. Banyak yg tanya Dankuur mau kemana tahun ini (baca tahun ajaran baru ini). Let me make it clear: stay in Magelang. Ada satu rencana besar, yg sampe sekarang emang belom 100% jadi, so, I couldn't tell more for sure saat ini. But, please pray for me, semoga semuanya lancar di bulan Agustus nanti.

Ok, so last week, sudah lewat Camp Jemaat: 3 hari yang dingin di Bandungan, Green Valley (what a picturesque place! Patut dicoba nginep disana! Pelayanan'e juga mantap!). En, I learnt many things. Banyak yg terjadi waktu Camp. Yg awalnya agak pesimis karena peserta yg dikit, eh, ternyata Tuhan percayakan 90 peserta yg luar biasa rame! Nge-game bener2 nunjukin sifat2 asli tiap orang. Kita yg pemuda2 yg udah biasa outbound, (en perhaps because our minds have been a bit transformed) or nge-game, ga begitu se-kompetitif-nya dengan yg 'tua2'. Kita maen dengan semangat emang, en rame, coba aja kalo si Titi direkam waktu tereak2 'nyebrang sungai'. Tapi yg bikin heran, en sempet kita diskusi'in, adalah semangat 'kompetisi'-nya kaum dewasa en tua, yg ternyata menghalalkan segala cara buat menang (padahal ya ga ada hadiahnya!). Ada yg sampe ga mau ngalah!

Eniwei, ada kejadian dalem camp jemaat sempet bikin 'jengkel' juga. Lah, gimana ngga' jengkel, sementara kita (baca: kaum muda) mencoba mengejawantahkan (haiyah!) tema yg diangkat (baca: Bangga menjadi Keluarga Allah), yg notabene bertujuan menyatukan Keluarga Allah (baca: Gereja), eh, tetep aja masih nyalah-menyalahkan TANPA TAHU APA YG TERJADI. Sedih. Ternyata sudah gitu, tetep aja ada yg nyengak dengan seenaknya. Diriku cuman bisa menghela napas sambil ngelempar roti bakar balek ke tempatnya (yang tadinya pengin aku makan, tapi ga jadi) (oh, ya kenapa ga lempar roti bakar ke orang yg nyengak ya? Wakakak...).

Ok, masih tentang Camp, kayanya ini bakal jadi yg terakhir yg meninggalkan kenanganku bersama sweater ijo lumut yg kucinta. Sudah hampir setaun lebih deh sejak kubeli tuh sweater dari 69 jogja (nda bener?). Masih inget saat2 pertama nemuin tuh sweater disana, dengan tulisan diskon 50%, en langsung ta samber gara2 warna ijo-nya... Cocok! Lah, sekarang udah ilang. Huhuhu... Good bye my sweater! Gonna miss u so much. En sekarang berarti: SAATNYA SHOPPING CARI SWEATER BARU (padahal dirumah masih ada beberapa sweater en long-sleeve semacam itu... Hehehe. Tapi tetep aja ga ada yg bisa gantiin tuh sweater kaporit, eh paporit).

Oh, ya, diriku ada dua kesibukan baru (menambah segala hal 'yg membuat diriku nampak sok sibuk'): ngupil en boker... ga. Just Kiddin'! Yg bener: latihan dotA en nyelesein Pokemon Platinum. Wakakaka. Bener. Diriku lagi belajar maen dotA. Ternyata enak juga. Tapi tidak disarankan buat semua pembaca untuk mencoba dotA, apalagi murid2ku. Ya, kalo murid2 pada bisa ngontrol sih gapapa. Kalo ga bisa, parah! Mending ga usah maen! Diriku cuman maen bentar. Ga tiap hari juga. Kalo yg bareng2 juga ga rutin. Cuman ngusir kebosanan en kejenuhan. Kalo lagi latian di rumah (maen bareng nico, meski ga di LAN karen Nico pake PC aku pake Laptop) diriku merasa inferior, karena Nico jauh lebih canggih daripada aku!!!! Asem!!!! Kudhu belajar banyak sama Guru Nico, en Kakek Guru Benny... Wakakakakakak.

Nah, kalo yg kedua (baca: Pokemon Platinum), ini yg lebih addicting. Entah kenapa, masih aja suka maen Pokemon. Nostalgia jaman SMP-SMA. Dulu dari yg Pokemon Green, terus Crystal, Diamond, sekarang Platinum. Buat yg ini, diriku milih Piplup. Pengin-nya tetep Piplup, ga di-level-up, tapi tar defense-nya parah... Wakakakak. Banyak pokemon baru yg diriku ga kenal. En males juga nangkep2. So far, udah sampe Gym ke-2. Diriku udah nangkep Starly en Luxio juga (gantinya Pikachu, bosen!). Lagi cari yg fire, grass, en ice... Huhuhu. Belom juga dapet yg cocok.

Well, ganti topik, ah! Kemaren diriku ikut seminar RenStra (Rencana Strategis), yg diadain BPPK GKI SinWil JaTeng. Seneng juga, en ternyata bener2 nyadarin kalo diriku masih 'kosong'. Banyak hal baru yg aku dapet, en bikin semangat juga (seperti biasa, termotivasi, ga tau sampe kapan ini motivasi bakal membara). Tapi rasane seneng denger seminar yg notabene dibawain oleh sumber yg ga begitu 'tua', terus so idealistic, tapi tetep membumi. Konteks emang beda yg dialami di tempatku en di tempat tuh narasumber, but at least, ini bisa jadi contoh, en menyemangati diriku untuk 'membawa perubahan'.

Betewe, recently, saya belajar (duh, mulai serius, siap2 buat mutah en mimisan) satu hal: trust in the Lord with all my heart, and put all my hope in Him (kok kaya lagu ya? Hehehe...). Lah gimana lagi. Kalo orang laen bilang, diriku bodoh karena ini itu. Tapi diriku bilang, en orang yg laen juga bilang: percaya sama Tuhan, kalo hidup bakal dipelihara ama Tuhan. Percaya He walks with me... Percaya he ll never leave me... Percaya he ll provide all I need... Percaya he has a great, beautiful plan for my future... Percaya, percaya, percaya... En diriku menikmati-nya. Bukannya sok rohani or apa. Tapi kenyataan emang begitu. Ah, sudahlah, susah juga kalo nda ngerasain sendiri...

Ok, hari ini rencana mau pimpin KTB (kita mo nonton film Fireproof) en tar malem mo latian buat jatah nge-MC besok Sabtu. Semoga lancar. Tar malem, moga2 jadi ngopi... Hahaha. But, btw, kenapa akhir2 ini ngopi nda sebegitu enjoy ya... Tanya kenapa? Kenapa tanya?

GBU!

Thursday, June 25, 2009

Daniel ga jelas sudah nulis apa...

Hai.

Pertama, mari kita mengheningkan cipta karena Si Raja Disco en Pop, Michael Jackson kemaren meninggal... Hening cipta, MULAI!

Btw, kayanya perpisahan di bulan ini ga cuman buat si MJ dah, tapi juga ada perpisahan buat beberapa rekan yg laen, well... Cherio Bu Niken en Bu Nia! Jangan lupa kalo ketemu diriku, aku dikasi duit ya... :)

Ok, so satu kesibukan untuk liburan ini (heran kan, libur kok ya sibuk) sudah terlewatkan. Konser JCYC kemaren di Magelang sudah berjalan cukup sukses (walo ada mati lampu sebentar, tamu undangan ga semua dateng, GR yang ga lancar, en yg laennya [including angin yg beberapa kali bikin layar slide jatuh sampe jebol]). Proyek ke depan yg masih menyita waktu sibuk adalah: Camp Jemaat. Emang ga sesuai dengan target peserta awal, tapi well, my friends and I are preparing and doing the best for this event. Pray for us ya, biar tetep bisa kasih berkat buat peserta yg ikut...

Btw, intermezzo, diriku mpe lupa mo nulis apa gara2 ni sambil nge-blog sambil chatting sama beberapa orang yg bikin puyeng...

OK, so bener2 ini mumet, ga jelas mo nulis apa, jadi blank semua... *phew* Maap2...

Oh, eniwei, fesbuk tetap jadi ajang yg kontroversial, makin banyak orang yg pro-en-kontra dengan adanya fesbuk, termasuk juga akibatnya buat keterbukaan, maki2an, en kepercayaan. Seperti yg udah kutulis, diriku ga bakal 100% percaya apa yg ditulis di fesbuk, unless I know really damn well the person whose writing I'm writing. Terus juga, makin banyak orang yg muak dg update status yg not so important, please read this article (in English), en ada juga orang2 yg mulai nutup akun fb-nya karena such things that for them are definitely annoying... (kaya Indra Herlambang, if I'm not mistaken...). Ok, buat yg baca ini, diriku cuman ngelaporin, jangan protes lagi. Ini cuman buat info, bukan berarti diriku juga kontra facebook. Well, no! I love facebook and do admit that it brings enormous benefits if we can control it, and we can control ourselves jadi ga sampe addicted... (well, nias, if you read this, please thank me... :p)

Oh, ya, kemaren diriku di cap sok sibuk gara2 kebanyaken kegiatan, en seseorang meng-klaim bahwa diriku tidak menyediakan waktu yg cukup buat orang itu. Padahal dia juga bukan pacar, juga belom begitu deket. For sure, diriku ga sok sibuk, tapi emang sibuk!!! Banyak acara!!! En capek!!! Sampe ga ada waktu buat beli kopi!!! Udah lima hari sampe kemaren ga sempet minum kopi!!! Praise God kalo kemaren siang sempet beli, en tadi pagi udah bisa menikmati kopi lagi... Hehehe... (Curhat seorang yg kecanduan kopi, en kehilangan efek soothing dari minum kopi).

OK, sampe disini dulu, karena honestly, diriku blank buat nulis apa yg mo kusampein, padahal tadi di rumah sudah penuh dengan ide buat nulis, salah diriku juga kenapa ga memanfaatkan teknologi manual (nulis di note book, beneran notes, bukan notebook laptop, yg sudah lama kutinggalkan dan kuanak tirikan setelah laptop ini menarik hatiku...). Eniwei, diriku juga menikmati baca satu buku, sukses mencoba mendisiplinkan hobi lama: membaca; meskipun kemaren baru baca lima lembar langsung tepar tidur siang... Hehehe...

Maap sekali lagi kalo tulisan ini amburadul (padahal biasanya lebih amburadul, ga karuan, en ga jelas...).

GBU All!

NB: Diriku seneng ternyata tulisanku selama ini ada juga yg baca, en ada yg mikirin bener2, hehehe... GBU all, my readers!

Monday, June 15, 2009

Daniel berefleksi tentang dirinya sebagai guru...

[As usual, FB-users, please, please, click here...]

Hai.

Hari2 ini makin kerasa bahwa diriku makin boros, en tidak ada penambahan income yg signifikan buat menunjang hobi yg mulia: nongkrong en makan2 or minum2 bareng temen (baca: ngopi, nyoklat) sambil menghilangkan kepenatan hidup. Dalem dompet ada ratusan ribu en lima-puluhan ribu, tapi itu uang punya perpus gereja en uang laennya. Dompet tetep tebel karena nota2, bukannya uang. Keliatannya diriku harus mengontrol diri dengan mengurangi dolan2 yang memboroskan, dan kadang tidak menyehatkan (kemaren jumat sempet mengeluarkan zat ekskresi yg tidak semestinya secair itu gara2 minum jahe-susu malem2 sambil duduk di bumi yg adem en udara sekitar adem, meski juga itu dibayarin... huhuhu...).

Oke, so the end of the days (halah) is getting nearer and nearer... Huhuhu. Anehnya waktu kemaren menyebut2 tentang guru2 yg mau cao dari tempat kerja sekarang, diriku tidak disebut, cuman dua guru yg laen, padahal diriku udah lapor sama pak kepsek. Sudah hampir setahun lebih, en diriku merasakan ada banyak perubahan, entah yg baek entah yg buruk...

Inget waktu dulu pertama masuk, idealisnya tinggi banget: kalo ada murid yg ga ngumpulin tugas ontime, diriku langsung ngamuk, marah2. Masih inget jelas gimana dulu waktu hari kedua masuk kelas XI IPS, diriku langsung curiga ama anak yg ga ngumpulin padahal butuh nyalin tugasnya itu. Beberapa kali juga jadi so fiery, en bentak2 anak di dalem kelas, karena entah mereka rame waktu diriku berbicara or bagaimana... Huhuhu. Those dark times.

Bicara tentang idealis, diriku juga masih inget banget bagaimana rancangan pembelajaran di awal tahun dulu. Masih dibakar api semangat critical pedagogy-nya Mr. Josh, diriku mencoba menganalisa kebutuhan en minat anak... Kan katanya kalo emang yg disampekan itu sesuai dg minat anak, itu bakal memotivasi mereka lebih lagi. But, kenyataannya beda, karena tidak semua anak juga peduli dengan model macem itu. Satu-dua anak pilih mode 'passive' di kelas. Mbahas tentang animal ga mudheng, dikasi topik politik jadi muntah darah, diskusi teknologi kuper, sharing tentang budaya juga ga tertarik, mbahas tentang sex malah jadi patung hidup. Dikasi film tidur, listening to song juga tidur, suruh nulis essay tidur, diskusi kelompok tidur, eh, test malah mbolos... Tobat, nak...

Seiring waktu berjalan, diriku banyak berubah. Kalo dulu masih nuntut anak2 pada pinter, intelligent en brilliant, sekarang liat anak sudah kerja keras, ngumpulin essay juga sudah bersyukur banget. Seneng liat beberapa anak, yg sepertinya diriku honor en respect them so much, yg emang mau kerja keras, en berusaha memperbaiki hidup mereka. Ada beberapa yg bikin sedih juga sih, honestly, karena tidak menunjukkan perubahan. Yah, diriku selalu berusaha memotivasi, menghilangkan jurus 'sengak' en 'sadis' plus 'sarkasme', tapi coba membujuk mereka untuk berubah rajin. But, it didn't always work like that. Beberapa emang melihat bahwa kerajinan itu tidak penting. Ya sudah, let me lift them up to God.

Dengan merebaknya fesbuk mulai semester kedua, kayanya rutinitas kerja di sma ini agak berubah. Meski pernah kecanduan puoooool, sekarang sudah berhasil mengontrol, walo kadang kalo ada hari kosong yg emang ga ngajar tetep aja memanfaatkannya dengan ngeNet seharian, instead of preparing for the next day's lesson...

Akhir2 ini (or sebener'e dari dulu), diriku melihat anak2 yg kadang ga bisa terima dengan kelakuan guru yg semena-mena, dan dirasa kurang bertanggung jawab. Kadang diriku juga iri, ketika melihat ada guru yg 'tidak bertanggung jawab'. Ketika diriku mencoba mendisiplinkan diri, dan being a dilligent teacher, eh, melihat kenyataan ada satu-dua guru yang malah tetep males2an, diriku juga agak kendor en 'iri'... Kadang ga adil: dibayar sama, tapi kerjanya diriku 'lebih' keras 'sedikit'. Ketika diriku, en beberapa guru yg laen, emang mencoba 'mencerdaskan kehidupan bangsa [yg berusaha dibangun sendiri oleh para guru]', eh ada guru yg sekenanya ngajar, en menyampaikan apa yg nda relevan, or apa yg nda penting, or malah tidak menyampaikan apa-apa.

Ketika diriku hari ini nge-shout-out di fesbuk: jadi guru supaya keliatan pinter, or mau membuat murid mudheng, diriku juga mencoba merefleksi diri sendiri. Mana yg lebih membanggakan en menyenangkan: dibilang 'Wah Pak Dankuur hebat!' or 'Thanks pak, saya sudah jelas dengan penjelasannya bapak tadi...' I prefer the second. Ketika liat anak2 mudheng, en bisa lompat dari level-nya yg sebelumnya, diriku bisa senyum, en ngasih nilai plus.

Diriku pernah jadi murid, dan sering mengamati dengan baik bagaimana guru yg baik itu ngajar, bagaimana guru yg nda baek itu 'cuma ngajar'. Beberapa guru jadi rekan kerja sekarang, en kadang diriku jadi 'tidak sehormat' dulu, karena sekarang sudah jadi co-worker (beberapa temen bilang, 'Dankuur ga sopan, masa sama eks-guru berani nyuruh2... Hohoho). Selama proses tiga tahun di SMP, diriku cuman bisa mempertahankan kerajinan en kemandirian. Tiga tahun proses di SMA, aku berjuang cari jati diri, en mengasah lagi kekritisan. Tiga setengah tahun di Universitas, diriku bener2 bersyukur, karena bisa share ilmu dgn yang laen... Inti pendidikan sih sebenarnya bukan pada output nilai yg kita dapet nantinya (meski ada kebanggaan tersendiri ketika diriku nilai matematik lebih tinggi daripada temen2 yg skul di negri, or diriku yg dapet IP segitu...), tapi lebih pada gimana kita bisa menemukan 'enjoyment en fun' during the whole process of learning. Bagaimana diriku bisa begitu bangga en bahagianya ketika bisa bilang... 'Ooohhh... ternyata gini toh maksudnya; aku mudheng sekarang...'. Enjoyment en fun ini yg sebenernya pengin ta' share-kan ke anak2...

Oh, ya, diriku pengin nyebarin lembar evaluasi buat anak2, tapi kok belom kesampean. Moga2 entah besok, or lusa, bisa diriku siapin... Kalo ada murid yg mbaca, evaluasi di notes ini ajah.

Well, till then, GB, en met berjuang buat anak2ku...

Thursday, June 11, 2009

Daniel yang Mencoba Mentertibkan Hidupnya lagi...

Hai.

Sudah tiga hari ga buka internet secara 'resmi' (baca: ngublek2 FB, blog, donlod, dll), jadi cuma sempet sekilas buka gmail, en check FB; gara2 tiga hari ini ada banyak kegiatan: pergi ke Jogja, pergi ke Wonosobo, nyelesein administrasi UN en akreditasi skul. *phew*

So, first of all, diriku kemaren rabu ke Jogja. Rencana awal mo nyervis'in nih lappie yg sudah membisu sekian bulan dan minggu plus hunting buku. Diriku mbonceng andre, en kita ga banyak pergi2 selain ke toko aksesoris HaPe, ke toko Merah (toko stationary), ke toko lappie-ku, ke Gramedia pusat. Btw, entah kenapa diriku tidak terbiasa berada di Gramed pusat, karena biasanya pergi ke Gramed Amplaz... En di Gramed pusat kaya orang ilang: bingung nyari buku, sambil jalan muter2 dengan tas laptop tetep dibawa, jaket diiket di pinggang (kaya turis etiopia kesasar) (tas lappie ga diterima di penitipan tas karena ada lappie-nya, en si satpam [seperti yg sudah ta bayangin] langsung nyetop diriku en nanyain tas ituh...).

Yang bikin males adalah perjalanan balek ke Magelang. Bayangin: tas dibelakang berat karena laptop plus beberapa isi tambahan, kanan digantungin helm baru yg dibeli andre, kiri diriku memegang kresek isi 20 buku... Plus dua kali ampir nabrak motor (bukan salah Andre juga sih...). Hasilnya pulang langsung ngglebak di tempat tidur. Tapi diriku puas beli banyak buku (sampe mbak2 kasirnya bingung en ketawa karena notanya ga abis2 waktu di prin), en walo tu buku bukan punyaku semua.

Oh, ya, betewe, adekku kemaren berangkat lagi ke Semarang buat OSN a.k.a Olimpiade of Stupid Nerd a.k.a Olimpiade Orang Aneh yg Bodoh... Wakakaka... Ga! Olimpiade Sains Nasional. Pancen aneh tenan kok. Moso manusia seaneh dia sudah dua tahun ini maju ke Semarang terus... Pulang juga dapet tas lappie baru terus (tapi lappie-nya ga dapet... Wkwkwkwk). Kok bisa yo? Aneh juga. Padahal ga ada bakat turunan dari Pa-Ma-ku. Kok dia bisa sebegitu aneh (baca: jago) Matematik. Waktu pulang pun dia bawa 'oleh-oleh' contoh soal waktu latian olim. En diriku dengan bangga dan narsis berhasil menyelesaikan satu soal geometri-nya... Wakakakakakakakakak! Ternyata aku juga bisa membuktikan kepandaianku di bidang hitung-menghitung...

Eniwei, akhir2 ini makin keliatan kalo diriku lagi stress, pelariannya adalah: ngopi en tidur... Hohoho. Sebener'e stress juga karena konsekuensi bodoh dan menyebalkan: I'm a 75% procrastinator... Opo kuwi? Procrastinator tu penunda2 pekerjaan. The Last Minute Person. (Tapi kalo diriku biasanya the last day person)... Oops en Eits... Diriku tidak menyebut bahwa aku malas, en procrastinator for me bukan berarti pemalas. Kalau dikasi kerjaan, or mengada-ada pekerjaan, diriku selalu tanya 'Deadline-nya kapan...?' Nah, setelah dijawab deadline-nya, diriku langsung set target en jadwal ini-mo-kapan en besok-mo-ngapain. Setelah itu ya udah... tinggalkan tugasnya sampe hari2 terakhir yg mendesak baru dikerjain... Hahaha.

Alhasil ya seperti minggu2 ini: numpuk semua kerjaanya. Belom juga dua desain selese, ni pekerjaan rekap nilai di skul semakin mendekat, en rekap-plus-merapikan admin Ujian juga belom kelar (meski deadline-nya juga belom tiba)... Selalu diriku disela2 kesibukan, cari sekian menit (biasanya sampe sekian jam :p) buat istirahat. En diriku sukses menambah pekerjaan yg ditunda gara2 istirahat kelamaen (baca: tidur)...

Oh, ya, diriku dapet gawean baru: ngelesin TOEFL. Yup! Nostalgia jaman dulu ngajar di LTC, kursusan... Wah, jadi kangen, en inget jaman2 waktu ngajar TOEFL yg emang notabene membosankan karena kudu ngejar materi ajah... Huhuhu. Tapi yg ini ngajar sambil cekikikan, makan, en ngobrol. Kalo biasanya diriku ngelesin maks 2 jam, yg ini kemaren malem aja dari jam setengah enem sampe jam setengah sembilan!!! Isinya: 1.5 jam belajar, 30 mnt tunggu anaknya dateng sambil maen piano di rumah anak itu, 1 jam ngobrol sambil dikasih makan (tadi malem burger en jagung bakar... uwooooooooohhhh!!!! Nikmat!!!!).

Kembali ke laptop. Selain mencoba membenahi sekian banyak pekerjaan yg mulai tertinggal, diriku juga pengin membenahi hobi lama yg terabaikan en semakin pudar: BACA! Sudah lama buaaaaaaaaanget ga mendisiplinkan diri dengan membaca. Apalagi sekarang juga udah ga lengganan Jakarta Post. Waduh, ni otak bisa kinclong ga pernah diasah en dudul, plus rambut jadi rontok karena otak terlalu longgar (emang bener ya...). So, diriku dipinjemin satu buku, dapet satu jurnal (yg udah 50% aku baca), plus mencoba membaca berita dari interNet secara rutin en merajinkan diri untuk membaca sebelum tidur... Semoga ni otak kembali bekerja (ga cuman mikirin FB-FB-en-FB...).

Oke, diriku mo menyelesaikan tugas-tugas yg tertunda... Duh pengin ngopi lagi je... Huhuhu...

GB

NB: Diriku baru nyempetin nonton pelem Kambing Jantan, en bengong, nunggu kapan bisa ketawa, cuman ndapetin scene konyol di menit2 pertama, setelah itu (sedikit ngantuk) mencoba memahami konsep ceritanya yg ternyata agak serius... Kok beda sama komiknya ya?

Friday, May 29, 2009

Sembilan poin di weekend ini...

Hai.

Aku bingung mau nulis apa, tapi kok rasane pengin nulis sesuatu ya. Oh! Got it!

Pertama, my wrist masih sakit, gara2 minggu kemaren maen bom2 car di salatiga, tabrakan (sama dua temen dari depan, jadi triple crash), en ini tangan langsung ketekuk... huhuhu. Padahal minggu senen cuman sakit dikit, eh sekarang jadi linu lagi. Semalem udah dipijet dikit sama papa.

Kedua, hari ini diriku bakal pergi ke temanggung, ngehadiri pernikahan temenku, Dan BS, yg surprisingly en suddenly dateng kemaren sabtu, kemudian ngomando diriku jadi koordinator buat ngumpulin anak2 dateng ke nikahannya dia yg notabene di temanggung, sementara kita di magelang. But, berhasil akhirnya saya mengumpulkan tujuh orang buat pergi tar sore.

Ketiga, beberapa jam lalu, diriku di-sms temen angkatan kampus: ada yg meninggal lagi, Devi. Kecelakaan. Well, semoga keluarganya dikasih kekuatan sama Tuhan. Diriku langsung mem-forward ke temen2 'kelompok'-ku, en seperti yg sudah saya harapkan, mereka kompak bales dengan pertanyaan yg mirip2: 'Devi yg mana.' Oke, dengan sabar diriku menjelaskan: tomboy, black, short-hair, thin... (setelah diriku sendiri mendapatkan sms balesan dari pertanyaan yang sama yg ta tanyain ke temen yg sms aku sebelumnya, hahaha.) Well, waktu inget Devi yg mana, kita cuman kerja kelompok bareng sekali, di kelas prose... Duh, jadi inget kelas prose taught by Victor. Miss that class so much...

Keempat, fenomena FB makin menggila en parah. Message FB dimanfaatin buat chatting, en satu thread inbox sudah mencapai 180, mungkin sekarang sudah tambah lagi... Hahaha. Belom lagi satu photoku yg malah komentarnya dibuat chatting... Haia! Tanggung jawab koh Tanto, mentang2 dirimu memakai BB!!! (Jadi pengin beli BB [Bedak Badan] Haha.)

Kelima, diriku sudah menyelesaikan sekian tugas yg makin dikejar deadline... Haha. Procrastinator sejati. Tapi yg penting beres, en ga bikin orang laen susah (kecuali mungkin satu si Roy dudut... :p Ampun Roy). Soal UUK Mandarin (aku jadi pengetik, en pengedit, soal'e program'e sing tau aku tok... Huhuhu...) sudah beres. Soal Inggris masih kurang. Beberapa gawean desain udah ta selesain. Yg masih: desain logo en desain poster.... Yah, sayang voluntarily.

Keenam, kemaren diriku ngeLesi terakhir (yg sah), so minggu2 ke depan bakal jadi minggu2 sengsara, menyedihkan, melarat, dan memprihatinkan. No more additional income. Kantong menipis sementara hasrat ngopi-en-hang-out tetep kudhu tersalurkan. But, praise God. Kemaren malem tiba2 ditawarin buat ngajar TOEFL anak yg mw masuk UGM. Moga2 jadi... Hooray! Plus, Evan-ndut, si anak SD yg nakal itu (peace Van...) tetep masih pengin di-les-in. Persiapan buat SMP. Bagus2 Evan. Salut. Sebagai hadiahnya, let me post your picture here... Hahaha. Peace Van!
Ketujuh, kemaren lagi, diriku menemukan seseorang yg dengan tidak sopan memasang fotoku (yg imut, cakep, manis, dan menggoda wanita-serta-pria-plus-anjing-tetangga) setelah dia crop dari aselinya. Kemudian dikomentari dengan tidak senonoh oleh dia. Woi! Sadar!!! Bayar tuh royalti buat aku! Nda sopan banget masang dengan semena-mena. Betewe, diriku baru nyadar kalo Evan pastinya bakal memprotes tindakanku pasang fotonya dia dengan tidak minta ijin... Haha Van, mesti dirimu bahagia melihat photo ini disini... Hahaha.

Kedelapan, diriku heran kenapa diriku pake ordinal number buat ngurutin poin2, en sekarang sudah sampe kedelapan... Haha. Kenapa ya? Writing style-ku ya?

Kesembilan, semalem ada lagi yg ngomong bahwa diriku en adekku look so kompak. What? Kok bisa? Beda gini kok. Kokohnya cakep, adeknya, well... lebih kurang cakep. Kokoh'e pinter, adekke malah bisa masuk tim olympiade matematik. Ya oloh. Kokoh'e narsis, adek'e puol narsis'e. Kokoh'e kreatip, adek'e, well, kreatip sekarep'e dewe... Kok bisa ya? Emang kompak toh kita? Padahal ne dirumah kita saling tendang, saling diam, tapi ne malam tiba, intim'e minta ampyun, tidur sekamar (ya iya lah, wong satu kamar tok...)... dan saling... ummm... (hiiiihhh... no!).

Kesembilan, idenya habis, so let me stop here... Diriku masih menunggu hari liburan, biar bisa maen ke jogja (baca: hunting buku buat perpustakaan plus nonton plus hang-out [dimana????]).

GB

Tuesday, May 26, 2009

Ga Ada Noda Ga Belajar

[Fesbuk user, please clik HERE!]

Hi.

Akhir2 ini diriku mencoba mengikuti satu dunia yg dari dulu diriku dudul banget (plus sengaja tutup telinga): politik. Pengin rasane setidaknya ngerti juga pie toh capres-cawapres berbicara, en sebener'e sudah dari kemaren2 waktu kampanye caleg sih, tapi ga sebegitunya ngebet ngikutin tiap hari. But at least, sekarang kalo diajak ngobrol ttg capres-cawapres, diriku agak nyantol. Belajar dr kesalahan diriku dalem pemilu lima taun lalu. Hehehe.

Btw, diriku makin mendekati bulan2 neraka, karena sebulan lagi bakal jadi the Dark Month for me. Bulan2 dimana murid2 pada libur, yg berarti les2an libur, yg berarti tambahan penghasilan ga ada, yg berarti ga bisa hang-out sering2... Huhuhu. Diriku emang sudah menyiapkan tabungan, tapi tetep ae kudu ada bbrp pengeluaran rutin yg kudu dibayar, plus beberapa acara 'dolan2 besar' yg mau nda mau kudhu ikut... Weleh.

Well, eniwei, diriku makin mendekat dg bulan2 gelap itu, makin mendekat jg dengan akhir diriku mengajar di tempat sekarang. Betewe, kalo beberapa hari lalu pada ngikutin status di FB-ku, mesti pada merhatiin bahwa diriku rajin update shoutout ttg kejadian konyol di dalem kelas, selagi aku ngajar. Kenapa?

Beberapa liat, en ada yg komen jelek (Hayo! Ngaku!) en ngejudge bhw murid2e mungkin yg agak 'low' (eufemisme dari dudul, goblok, and those harsh words). Ga! No way! Murid2ku spesial!!! Ini hanya buat lucu2an aja, en itung2 refreshing dalem kelas. Banyak kejadian lucu, yg pengin juga ta sebarin ke orang laen, en biar mereka juga inget masa2 indah di bangku sekolah... (weisss). En ini bukan nunjukin bahwa mereka itu ga bisa or ga mampu or ada di level yg rendah. NO!

Ada yg bilang bahwa belajar itu dari kesalahan, and I 100% agree with that. Moreover, diriku sebagai seorang melankolik yg perfeksionis, paling ga bisa ngelupain kesalahan diri sendiri which I often see it as a very humiliating thing. I learn from it. Aku belajar buat memperbaiki diriku. Plus lagi, ada yg bilang bahwa kejadian2 memorable, yg cuma satu-dua-detik tp bisa membekas di hati kita, itu yg bakal kita inget. Entah itu sedih, aneh, memalukan, mengecewakan, apalagi kalo bisa kita buat lucu. Nah, itu yg selama ini pengin selalu aku share ke anak2ku. Coba deh liat:
  1. Si E (kaya'nya ini bakal diketahui banyak anak di XI IPA) yg dengan medhoknya pronunce 'nevertheless' sebagai never-teles (basah, Javanese), en langsung bikin sekelas ketawa ngakak, sampe sekarang masih inget bahwa nevertheless shows contrast.
  2. Terus si X yg emang kaga' tahu ttg full stop, waktu itu I dictated some sentences, en it came when I say 'full stop' and he wrote the words! Sekarang jadi tahu apa itu full stop (walo kadang baca ini juga mikir ulang, itu anak dulu sekolah dimana...).
  3. Diriku sendiri, yg emang sekarang bisa pake frasa 'freak out' setelah emang bener2 freaked out gara2 ngajar seseorang di kursusan dulu yg luar biasa freaked me out and ended with me yelling at the teachers' longue, 'She freaked me out!' :) (guys from XI IPA, I've told you this story, right?).
Kayanya masih banyak, tapi diriku lupa deh... Nah, ini malah jadi kepikiran buat blog baru yg isinya hal2 lucu, tapi kita bisa belajar en saling menghibur... Loh? Ah, buat ah... Hahaha. Moga2 tidak tertelantarkan.

Jadi, belajar tu memang kadang butuh noda. Tapi jangan sampe kebanyakan noda, terus ga bisa ilang. Kalo noda-nya dari kue tart sih gpp, bisa dijilatin... Hehehe. Kalo noda telor, amit2. Mutah.

Betewe, bicara tentang fesbuk lagi, tampaknya beberapa orang mulai ati2 kalo ngomen di wallku, tentang aku, or tentang notes-ku. Wakaka. Gara2 notes terakhir tentang fesbuk-geek. Weleh. Padahal diriku juga biasa2 ajah, en sekarang sudah menggila lagi. Tapi kayane ini cuman bertahan selama beberapa hari deh, or emang ada beberapa yg tetep ae tidak membaca yo? Haha.

OK, diriku mo bikin soal tes, karena minggu depan dah mulai tes akhir. En, ini soal tes masih 30% jadi, huhuhu... Gara2 ini dan itu. Payah.

GB

NB: Buat yg mo nge-haramin FB, jujur aja bilang kalo emang belom bisa pake FB, sini ta' ajarin, gratis wes...

Sunday, May 24, 2009

Prayer for a Friend

Hi.

It's a new week after last week's busy-and-exhausting duties. I'm not writing to post and tell you about what happen last Saturday (Pelepasan Kelas XII, SMAKI), but I'd like to post a song that's really touching. I don't know why, but lately I've been so interested in and obsessed with Casting Crowns and all their songs. I've been downloading most of their songs; great lyrics plus simple-but-cool music.

Eniwei, this one is about friends. Some of their songs always talk about how we should actually reach others, and I love that! Christianity isn't all about God-and-human relationship only, but it's also about how we interact and become His messanger in this world.

Eniwei, each time I listened to this song, I was like praying for some of my friends. I don't know why God created me as a easily-touched guy, but I am really grateful for that as I have more sensitivity towards my friends. This is the lyrics, and if you read from facebook, I tagged those who are close to me not because you're the puppets of the world, but because in fact, I'm really thankful every time I remember you all and I do pray for you guys! (Indonesian translation follows the lyrics). Enjoy it!

Prayer For a Friend
, Casting Crowns

Lord, I lift my friend to You, I've done all that I know to do
I lift my friend to You
Complicated circumstances have clouded his view
Lord, I lift my friend up to You

I fear that I won't have the words that he needs to hear
I pray for Your wisdom, oh God, and a heart that's sincere
Lord, I lift my friend up to You

Lord, I lift my friend to You
My best friend in the world, I know he means much more to You
I want so much to help him, but this is something he has to do
And Lord, I lift my friend up to You

'cause there's a way that seems so right to him
But You know where that leads
He's becoming a puppet of the world, too blind to see the strings
Lord, I lift my friend up to You
My friend up to You

Lord, I lift my friend to You, I've done all that I know to do
I lift my friend to You

Indonesian translation:


Tuhan, aku mengangkat doa untuk temanku. Aku sudah melakukan apa yang bisa aku kerjakan.
Dia telah dibingungkan dengan segala persoalan yang rumit.
Aku khawatir aku tidak bisa menyampaikan apa yang bakal dia mau dengar.
Kumohon hikmat dari-Mu dan berikan hati yang tulus.
Tuhan, aku berdoa untuk sahabat terbaikku dan 'ku tahu Dia jauh berarti bagi-Mu.
Aku pengin banget membantunya, tapi hanya dia yg bisa berbuat sesuatu.
Karena baginya itu benar, tapi Kau tahu kemana sebenarnya semua ini berakhir.
Dunia sedang mengendalikannya, dia jadi boneka dunia, dan dia tidak menyadarinya.
Aku berdoa dan menyerahkan temanku kepada-Mu, Tuhan.

Btw, if you don't mind please pray for me as I need to make a decision, tough one. I could smile, but my heart always cried and my mind could have gone wild...

GB

Friday, May 15, 2009

I'm not a Facebook-Geek or Freak, or whatsoever you call it...

[As usual, buat yg baca di fesbuk, please klik disini ajah! Thanks.]

[ini versi yg udah diedit, karena ternyata banyak yg miskomunikasi. Arigatou buat komennya.]

Hi.

Let me start by telling you kalo diriku masih hidup. Kok ngomong gini kenapa? Karena kemaren diriku membuat kehebohan di fesbuk dengan nulis 'mencoba bunuh diri' di shoutout profile-ku. Alhasil, seharian dapet 40 komentar, harus'e 43, tapi diriku menghapus tiga komen. Eniwei, diriku ga kepikiran sama sekali untuk bener2 bunuh diri. Najis tralala!

Kenapa nulis kaya gitu? Karena sedang riset kecil2an, en diriku sudah bisa melihat beberapa kesimpulan... :P

Buat apa sih sebenernya kita nulis shoutout di fesbuk? Beberapa nulis to tell others what you think en how you view something. Beberapa successfully and effectively use their shoutout to announce something: wedding, baby birth, gathering, dll. Yg lebih banyak adalah just trying to beg for others' attention and care (so that you sound so pitiful. Kalo diriku amati sebagian besar pun cuman ngasih tahu kondisi yg, for me, trivial, mulai dari 'lagi makan,' 'lagi bobok,' sampe 'lagi eek.' Not so important, en kayanya kita memposisikan diri sebagai seorang artis yg pengin diperhatikan banyak orang. Well, ini one of our needs, pengin diperhatikan. But that's all my view (en, kayanya bakal banyak yg protes dg view ini). Dan kaya'nya ada satu orang yg ga mudheng dg fungsi shoutout, yg emang murni hak kita buat ngepost apapun juga, bahkan berita bo'ong kaya gini.

Waktu mau coba compare dg kebiasaan orang luar (baca: bule) ttg shoutout, juga ga bisa liat jelas, karena jumlah orang bule di friend-listku cuma sebanyak itungan jari, en jarang sekali mereka say something personal (their whereabouts and what is their feeling) lewat shoutout, cuman sekali waktu nulis tentang kembalinya burung ke sarang yg ada di rumah mereka. Kalo ada temen2 yg memang punya banyak temen bule en bisa ngebandingin shoutout mereka, please tell me.

Yg bikin ga jelas adalah fungsi 'Like' yg ada di tiap update status yg muncul. Kalo misal kita lihat shoutout yg aku tulis, ada 9 orang yg like it. Tapi maksudnya gimana, masih ambigu. Apa suka karena diriku pengin bunuh diri. Apa suka (baca: agree, or setuju) dengan tindakan bunuh diri. Apa suka diriku mati. Or what?

Next, ternyata fesbuk bukan sarana yg efektif buat announce something, ga keliatan mana yg serius mana yg ga. Supposed that yg aku tulis bener, dan semua komentar yg ga serius itu sudah disampaikan, en akhirnya pada nyesel. Well, nasi sudah jadi bubur, dan semua komen itu jadi saksi bisu. Well, kesimpulannya, diriku ga bakal nulis sesuatu yg serius lewat fesbuk. En ga bakal percaya banyak yg ditulis difesbuk, wkwkwkwk... (sensitip banget).

Diriku sendiri melihat komen serius (or semi-serius) yg masuk cuman beberapa, dikit banget, en yg keliatan care pun cuma satu-dua. Yg laen bercanda semua. Diriku juga diem2, emang seneng lurking di internet, sekedar mengamati, liat bahwa beberapa orang cenderung cuman bisa menghina, sorry guys, nyadar aja kale. Tapi memang mungkin tipenya seperti itu.

Well, bicara tentang menghina, diriku jadi inget kata2 seseorang bahwa dunia ini sudah korup. Makanya lebih mudah liat yg jelek2 daripada liat yg positif. Orang lebih mudah ngritik yg laen, en cari2 kesalahan orang daripada coba melihat yg positif atau bahkan melihat dg positif. Coba aja liat show Tukul yg kemudian show-nya lebih nikmat en menyenangkan ketika penonton or co-host laennya pada menghina. Padahal semua orang spesial, right? Uniquely-created. Tapi ga semua orang bisa melihat, en mendukung kenyataan ini. Well, what would you say?

Next lagi, komen yg masuk meski bercanda, tapi kecenderungan juga tetep fokus pd diri mereka sendiri (coba lihat yg bilang minta warisan, dll, dll). Well, alami banget buat mentingin ego. Yg care, bilang kasihan, cuman satu, kalo ga salah.

Kayanya emang gini deh faktanya, realitanya sekarang ini. Entah karena emang sudah budaya, or kenapa ga tahu. Tapi apa ga bisa diganti juga. Ketika ngomentari pun, semakin banyak yg ga peduli, en asal mangap. Ga dilihat dulu emang tuh serius or ga komentarnya, or mungkin postingannya, or dll or dkk. Kadang ketika ada orang yg memang lg down (en emang sounds pitiful), malah ada yg ngomentari yg ngaco, keliatannya lucu tp ga mutu en ga membangun...

Yg jelas masih ada dua hal penting. (1) Makin banyak orang yg fesbuk-geek, maniak fesbuk terbukti dg setiap saat setiap waktu buka fesbuk, coba liat aja tenggang waktu mereka buka kirim komen. En ini concern yg penting buat tempat kerja yg emang mentingin profesionalitas. Sudah makin banyak yg ngeblok fesbuk, meski tetep bisa dibuka lewat handphone. (2) Masih ada jg yg ga mudheng apa itu fungsi shoutout, wall, message, note, dll. Emang susah kalo sudah gini, en kalo ada yg kemudian menyesal sudah nulis komentar yg engga'-engga' di wall or apanya temen, juga langsung bingung, padahal bisa aja dihapus dengan mudah... Ckckck. Kudhu pada training fesbuk.

Eniwei, sekali lagi, diriku minta maaf sudah menipu, en konsekuensi-nya emang kaya si gembala kecil yg tukang tipu, yg kemudian ga dipercaya orang2 lagi, en berakhir dg semua dombanya habis dimakan serigala. Maap. Tapi ini buat riset ajah :p. Selanjutnya, thanks buat yg sudah ngomentari. En diriku menyadari bahwa emang I take it too personal so far... and being too serious.

One thing for sure, fesbuk ajang yg hebat kalo memang kita mo jadi artis di dunianya kita sendiri terbukti dg 40 komen (yg terlalu dikit buat sample riset) yg dikumpulin dalem sehari. Pantes para caleg kemarin cari dukungan lewat fesbuk... Salut aja buat Mark Zuckerberg en friends. Thanks to them!

Sekarang, diriku punya PR kedua: ngembangin paper 'bout what facebook shoutouts tell about the owners, revisiting them and comparing them with openness in communication (padahal PR pertama ttg paper Christian Go Green! belom kelar, masih 50% *phew*).

GB!

NB: Silahkan dikomen!

Monday, May 11, 2009

Aku Guru yg Semi-Nerd en Parno Kabut di Malem Hari

[Seperti biasa, dan nda capek2nya diriku ngingetin buat para pembaca dari fesbuk buat klik disini, kalo mau baca lebih nyaman]

Hai.

First of all, HAPPY BIRTHDAY buat Titi. Met ultah ya, say!

Secondly, entah kenapa kota2 besar, en beberapa kota kecil, di Indonesia pagi ini kompakan mendung, ujan, gerimis: Magelang, Salatiga, Jogja, Semarang, Bogor, mana lagi yg nyusul?

Next, diriku lagi sedih karena yayangku (baca: laptopku) tiba2 membisu, tak bersuara, tak menyapa. Diriku kangen mendengar suaranya. Keliatannya kena speakernya. Ga tau kenapa. Rencana mau coba kubawa ke Acer buat claim garansi. Wish me luck.

Ok, so hari2 ini adalah hari2 yg kelabu en melelahkan. Kemaren sih dapet istirahat 4 minggu gara2 ada Ujian Sekolah, jadi lebih free en bebas buat ngelakuin rutinitas: buka fesbuk, donlod lagu or movie, dll. En diriku menyadari bahwa tanggung jawab buat nyiapin materi ngajar jadi kacau. Yet, diriku masih selalu siap sih buat ngajar. Hehehe.

Btw, seperti yg sudah kuceritakan, minggu2 kemaren diriku lagi ngebet nonton The Big Bang Theory, thanks to Raditya Dhika yg udah kasi referensi ini film. Ratingku buat TV Show ini : 4.5/5. Kok tinggi banget? Soal'e ni film sedikit banyak mencerminkan hidupku.

Ceritanya sih tentang para nerd (baca: pecinta sains, gila ilmu, kutu buku parah, geek, dll), 3 Ph.D. en 1 M.Eng., yg mencoba melewati hari2nya yg biasa2. Ada Howard yg gila cewek sayang norak. Raj, orang India yg ga bisa ngomong apa2 kalo udah di depan cewek, kecuali lagi mabok. En dua sejoli flatmates, Sheldon yg super nerd en ga bisa bersosialisasi dgn normal, plus Leonard yg paling normal diantara laennya, en akhirnya jatuh cinta sama Penny, the new neighbor living across the hall.

Aku menempatkan diri sebagai Leonard, yg masih nyadar keadaan sekitarku, yg masih bisa jatuh cinta, yg masih peduli kalo temen lg ngalamin sesuatu yg aneh en salah, yg suka dg semua sci-fi movies en games tp masih mau mencoba membuka diri.

Emang sih, aku menyadari diriku yg semi-nerd: suka baca komik or maen games or nonton pelem yg sci-fi, or gila baca sains, ngikutin hal2 yg dianggep ga penting, en paling demen baca ttg Palaeonthology a.k.a studi ga penting tentang kehidupan pra sejarah en tetek bengeknya ttg dinosaurus. Cita2 waktu kecil pun diriku pengin jadi ilmuwan, bekerja di dalem lab, keren pake jubah putih mereka (setelah dua cita2 terdahulu kandas karena ga realistis: jadi tukang martabak yg bikin flavor durian-jengkol, en tukang becak yg berambisi pasang flat TV di becaknya). Sampe sekarang pun diriku masih ngimpiin jd scientists, or Palaeontologist, or Entomologist (??? Apa hayo?).

Well, diriku seneng semua itu, tapi kaya'nya ga sebegitu nerd-nya deh. Emang kadang diriku menutup en mengisolasi diri. Kadang aku lebih suka menyendiri en baca buku while others lagi ngobrol dgn seenaknya. Kadang diriku seneng pake kata2 en jargon yg ga begitu familiar buat orang secara umum en lebih pantes dicantumin dalem jurnal yg cuman dibaca segelintir orang. Kadang diriku masih bisa ngayal jadi superhero or punya power gara2 kena mutasi. Kadang... diriku nyadar en ga pengin jadi super-nerd.

OK, betewe, rabu minggu lalu diriku makan malem bareng temen2 seperti biasa. En yg aneh adalah malem itu Magelang dirundung kabut. Ga tebel banget, tp it created such a creepy ambience! Setelah pemandangan keren dari puncak gunung, burung kolibri yg bisa terbang mundur, en Venus Fly Trap yg punya taring runcing, salah satu hal yg bikin aku makin takjub sama alam adalah: Kabut a.k.a Fog.

Nah kalo tuh kabut di pagi hari mah fine2 ajah. Di siang hari (yg sangat mustahil terjadi di Magelang), malah kabut bikin seger (meski kalo terus2an bisa bikin ni paru2 basah). Tapi kalo kabut di malam hari, duh udah deh, nyerah. Itu yg terjadi Rabu malem lalu. Diriku kena parno tingkat tinggi. Diriku cuman bisa mbayangin pelem2 kaya The Mist, Knowing, Taken, dll. Aku ga takut setan, pocong, hantu dll sebagainya, yg aku takut adl kabut yg in fact bikin semua serba misteri. Kita ga tahu who or what comes from the fog... Hiii...

Malem itu, diriku cuman bisa nge-sms temenku. Ga ada alesan yg jelas, en cuman ngecek keadaannya dia. Ga penting banget. Sampe dia jg bingung. Entah kenapa diriku jadi parno semalem.

Oke, eniwei, diriku makin mendekati hari2 terakhir kerja di SMAKI. Well, kemaren udah dipanggil Pak KepSek (lagi). Aku sudah nyampein apa yg perlu kusampaikan, saran en pesan dll. Entah kenapa diriku masih bingung milih: antara ngajar or coba kerja kantoran. Sudah ada rencana sih ke depan mau daftar kemana lagi, setelah yg lalu2 aku lewatkan :p. Tar kalo udah pasti, I'll post and let you know.

Till then, GBU!

Tuesday, April 28, 2009

"Kami menghalalkan segala cara... bahkan dosa!"

[buat yg pada baca dari fesbuk, mendingan klik disini aja, lebih enak dibacanya]

Hai.

Minggu ini jadi minggu yg gembira-ceria-riang-bahagia karena: Ujian Praktek tahap 2, dan diriku berkepribadian ganda, eh berperan ganda: pak bon en tukang pijat... Ga. Maksudnya: Sekretaris Ujian en Penguji Bhs Inggris. So lagi2 lima hari free tanpa jatah ngajar. Wuenak'e...

Betewe, semalem diriku nongkrong sambil makan-en-minum bareng temen2 (baca: Titi, Andre, Roy) di Bayleaf. Dan disitulah diriku diuji. Sudah dua minggu lebih diriku go vegetarian. En seperti yg sudah ku share-kan: fine2 ajah, ga naik, ga turun weight-nya, padahal jadi sering 4 kali makan. Betewe, si Andre dapet voucher 20rb, en memutuskan beli steak (which turned out to be sirloin). Nah ini yg menggoda.

Yg laen pada incip2 en menikmati tuh daging yg menggoda. Diriku menahan ngiler sambil ngabisin Ice Cream Rumraisin. Well, resiko vegetarian. Kalo pada tanya kenapa, diriku bingung juga, en ga juga demi mengurangi global warming (yg katanya juga diakibatkan oleh peternakan). Aku cuman pengin nyoba, kaya Daniel di Alkitab yg walo ate only vegies tp tetep sehat, malah lebih sehat drpd other scholars in the kingdom.

Eniwei, malem itu diriku cuman bisa ngincipin salad steak-nya (yg uedan lembut tenan sayur'e), en incip fetucini'ne Titi (biasa ae, bakmi rasa tepung, warna ijo lumut... bleargh...). Habis dari bayleaf (yg berakhir dg Andre shock gr2 sirloinnya ternyata 35rb, bukannya 21rb, kita cuman bisa ngakak!), mereka masih makan di nasgor deket rumah, weleh, pancen gilingan kabeh.

Eniwei, betewe, buswei, diriku kemaren sebelum pulang sekolah seperti biasa briefing dg kepsek en guru2. En ada shocking news yg ternyata masih mbuntut dari kejadian UN kemaren lima hari. So, beberapa rekan guru emang diutus keluar (diriku sekali lagi di dalam, menikmati fesbuk-an en donlod film). Nah, ada satu rekan, yg jaga di SMA X. Emang katanya tuh SMA sudah terkenal anaknya 'nekat'2. So, dia sudah menemukan kecurangan en kelicikan (baca: ngepek, nyontek). En, sudah mencoba baek hati cara damai, ndeketin tuh anak, ngawasin.

Abis selese tuh hari pertama pun, dia karena ga pengin menjelekkan SMA X itu (yg bisa dilakukan dg sengaja nulis aja di buku acara, laporin ke dinas, en nama si anak bakal di cross-out, gampang kan?), dia dengan damai lapor ke kepsek. Eh, tapi ternyata, tuh kepsek merasa paling bener. Hari selanjutnya, dilaporin ke briefing guru pengawas di SMA X bahwa, 'Pengawas tidak boleh mengintimidasi peserta UN, kasian mereka. Biarkan mereka mengerjakan soal UN dengan tenang.' What the heck? Aneh banget, ga ada intimidasi kok bisa ngomong gitu...

Si Kepsek SMA X pun lapor ke KepSek SMAKI (Pak Lilik), en temenku udah langsung lapor ke Pak Lilik juga. Ternyata si KepSek X 'merasa terancam'. Ga ada yg salah kan dg temenku? Toh, kalo memang mau dibikin ribut, SMA X sendiri yg nantinya bakal kalah en kena akibatnya. Lah, inilah yg terjadi kemaren siang. Katanya kasus ini mau dilaporin ke Dinas Pendidikan sama KepSek SMA X. Jadi masih ada buntutnya. What? Mereka mau bunuh diri dengan memalukan ya? Keren...

Katanya sih, memang mereka sudah terkenal menghalalkan segala cara supaya anak2nya pada lulus semua. Para pengawas udah kasih support buat temenku itu, en mereka jg mengakui kalo memang ada yg curang. Beberapa KepSek tau berita yg udah mulai nyebar ini juga heran, kok si KepSek X malah mikir gitu (en katanya emang dia 'unik').

Yah, inilah kenyataan. Padahal SMA X notabene pake label KRISTEN. Huaduh... Mereka mau bawa ini ke forum dinas, mau dilaporin lebih lanjut. Lah, sek, yang salah ki sakjane sopo? Bener2 harakiri.

Tapi cerita kecurangan UN emang banyak ya: hari pertama UN diriku nonton berita malah ada yg kena kamera lagi buka kepekan (yg ini malah anak perempuan pake kerudung), terus ada jg di SMA laen di Magelang (yg lagi2 pake label KRISTEN) yg anaknya ketangkep lagi buka SMS di WC, yg laen lagi katanya sampe dinding dilubangi supaya bisa 'barter' LJK UN. Weleh...

Dulu pernah diriku share ama temen gereja (yg udah senior guru), dia nawarin sesuatu ttg UN.

Dia: Dankuur, mbok coba SMAKI tuh anak2 yg kuat dipegang.
Aku: *mikir dipegang apanya?*
Dia: Kan selama ini banyak yg jatuh di UN, karena mayoritas lemah toh. Nah, yg pinter2 ini mbo mereka disuruh kasih contekkan, ke lima anak disekitarnya minimal. Ini cara yg dipake di SMP-ku...
Aku: What? No way? Terus masih berani pake label Kristen? Bedanya sama SMA laen?

Wakakakakaka.... Lucu banget, en ironi banget. Nda mutu banget. Nda 'kristen' banget. Nda penting!

Sebener'e apa sih yg dikejar? Kejujuran en bener di mata Tuhan? Or prestige di depan orang laen, keliatan apik di dunia ini, keren en masyur diantara para pendosa?

Weleh. Pantes orang Indonesia ga maju2. Mental'e busuk banget. Ada aturan ya ming ge formalitas, en ga dianggep kalo sudah pengin keliatan 'apik'e dewe tok. Duh, pemerintah pie iki.

Sekarang kami (baca: SMAKI) malah bangga. Kalo nanti mau dibuat rame kasus ini, ya, biar aja, malah jadi promosi gratis. Biar makin pada kenal mana yg SMAKI yg bener2 Kristen en bener di hadapan Tuhan.

Betewe, diriku lagi keranjingan The Big Bang Theory, sitcom lucu ttg nerd (sounds like me so much :p), thanks to Radhitya Dika. Besok diriku bahas ini sitcom deh (which really interests me so much, jadi pengin beli dipidi-nya)...

Till then, GB!

Tuesday, April 21, 2009

Cherio my past...

Memories are like stones, time and distance erode them like acid.
~ Ugo Betti, Goat Island

Hi.

Diriku bakal menikmati seminggu ini (minus sabtu), dan bakal miss such a week. Sementara pressure jd sekretaris UN sekolah sudah lewat, diriku cuman melewatkan hari2 dg Project Agung: donlod pelem sebanyak2nya!!! Wooo...

Well, btw, td malem diriku nyempetin ngajak ngopi Titi dkk. Setengah sembilan kurang kita berangkat; aku dari rumah ke gereja, langsung ke KK Bruns. Waktu belom masuk, masih markirin motor, I saw many people inside. Mungkin lagi rame, en kita takut ga dapet tempat duduk. To my surprise, diriku ketemu temen2 lama dr SD yg lagi kumpul bareng.

Aku masuk, en nyapa mereka, masih kaget. Sambil basa-basi 'Loh pada libur toh?' Yg bikin tambah kaget: no response but plain smile (n some even just turn round). Diriku bingung, mo gabung mereka or mo gabung anak2 gereja, but I chose the later. Gimana mo gabung sm mereka kalo mereka seemed not to invite me to be in their group. Tiga puluh menit di KK jd penuh pemikiran, en diriku cuman bisa nyembunyiin semua itu sambil nikmatin maen Othelo versus Dimas (I won!!!! Mhwahwahwa...). Sampe mereka akhirnya pulang juga cuman satu orang yg say good-bye (thanks!).

Habis mereka keluar, mulai deh anak2 tanya2...

Andre: 'Ga kenal satu pun dari mereka toh?'
Aku: 'Kenal. Satu sekolah. Satu SD.'
Andre: 'Lah kok nda nyapa, dll?'
Aku: 'Sudah disapa mereka malah ga nge-respon.'
Andre: 'Beda level ya?'

Diriku masih mikir dg yg dimaksud level oleh Andre. Apa level narsis, or level nerd, or level apa...

Aku: (ke Titi) 'Bedanya SD T sama SDKI ya kaya gitu. Sampe kowe tua, ketemu temen dari SDKI tetep kenal en akrab.'
Andre: 'Memang kaya gitu. La ya apalagi karena beda level to?'
Aku: (baru mudheng, nyengir miris) 'Hehe...'

Ternyata beda level tu beda level ekonomi en status... It's like I'm a proletar, and they'r like the aristocrats. Diriku masih ga bisa lepas dari mikirin masalah ini (n that's why I just wanna write about it). Diriku jd inget jaman2 SD, banyak banget kenangan waktu kita maen bareng2.

Aku inget dulu diriku menang juara dua lomba nyanyi Natalan SD (duet sama mba' Endah, she's a Moeslim, but singing Angels We've Heard on High!), or terkenang masa2 kerja kelompok yg malah lebih sering dolan2 ajah (bandingin dg anak2 skrg yg kerja kelompok bareng guru les-nya), or maen hide-and-seek bareng Gunawan di Toko Sri-Ratu (dia anaknya yg punya) en diriku sembunyi di bawah rok2 yg didisplay, or waktu diriku ngerasa malu karena aku jalan rame2 bareng temen2ku yang pada keras2 nyanyiin Neg'ri di Awan, or diriku yg iri gara2 ditendang keluar dari kelompok paduan suara yg mo maju buat lomba Dendang Kencana.

Diriku juga inget masa2 nakalnya dulu: maen di selokan belakang sekolah waktu istirahat en berakhir dijewer sama guru, or pura2 lari-lari-dengan-heboh-di-dalem-kelas yg akhirnya nendang penggaris kayu sampe patah (en diriku begitu takutnya lapor ke suster), or waktu diriku dg sok bijaksana negur temen yg rame tp malah ditegur guru karena diriku dikira rame, or waktu diriku jalan bareng temen2 pulang dari sekolah lewat jembatan aer di sebelah sekolah, or waktu diriku hampir berantem sama satu temen (tapi dibelain mayoritas temen yg laen) en katanya ditunggu sepulang sekolah tapi ternyata malah dianya sudah pulang...

Balik lagi ke this present time, diriku ga tahu lagi kenapa sekarang sudah terasa jauh dari mereka. Cuman beberapa yg keliatan masih friendly en 'mau bersahabat lagi'. Nda tahu juga apa yg bikin kaya gini. Kemaren cuma mikir, kalo considering 'level' yg dimaksud Andre. They see who (or what) you are, not what you do. It's more on being, not doing. And I totally hate that.

But, sampe disini diriku nulis, ngapain juga ya mikirin kaya gini. Ngapain juga mikirin tentang mereka while they care nothing for me. Ato jgn2 diriku yg alienate myself.

Btw, talking bout being-vs-doing, diriku jd inget dgn kejadian kemaren senin malem di rumah, ketika kita sekeluarga bahas ttg aku en adikku yg both join the comitte for Camp Jemaat besok Juli. Kenapa bisa dua2nya masuk. Kenapa adekku, bukan remaja yg laen. Papaku sampe tanya, kok bukan anak yg laen.

Aku: 'Karena cuman Nico yg nda pernah les.'
Papa: (bingung)
Nico: 'Iyo. Karena yg laen udah pada sibuk sekarep'e sendiri.'

Well. Kalo diriku liat GKI Pajajaran Magelang, diriku merasa it's my only comfort zone. It's the place where I'm admitted. Most of them know me, and whether they fully see or respect me, I struggle hard to be admitted. Memang salah sih katanya kalo penghargaan (en pengakuan) jd something that drives ur life (said Rick Warren), tp kenyataannya itu kebutuhan manusia yg pertama (lihat deh catetan Sosiologi SMA).

Aku dihargai di gereja bukan karena siapa aku or siapa adikku or siapa papaku, tp because of what I have done (and will do). Mungkin terkesan sombong en egois, tp diriku emang sudah do much for the church, and I will do much more... This is what I like. In fact, Jesus don't see who you are. Just as I am... (waduh, jadi nyanyi, en merenung...). Ooops, tp DIA jg ga liat apa yg kita lakukan ding nanti kalo sudah di sorga...

Well. Diriku nyadar sudah terlalu panjang, en banyak yg diomongin. Bingung jg kenapa bisa sampe sebegini panjang. Diriku inget satu lagi yg disampein Frances, dosen en eks-boss-ku, waktu di kelas CCU (dia jg dapet dari mantan dosennya), 'Let yourself be noticed'. Caranya? Up to you.. I have my own way.

OK. Diriku sudah menggali dalam2 liang buat ngubur my past, tp cuman utk sebagian ajah. Cherio my past...

GB

Sunday, April 19, 2009

UN = Ujian Nyabar...

Halo!

Hari ini SMAKI serasa kaya kuburan (tapi emang tiap hari ya kaya kuburan... hohoho). Ada orang2 di dalem'e tapi diem. Sepi. Nyenyet. Anak2 lagi pada ujian. Beberapa guru pada tugas keluar. Aku stay di dalem, melakukan rutinitas setiap hari: check fesbuk en donlod film. Mhwahwahwa...

Ga! Ga cuman fesbukan aja lah. At least, diriku juga nge-blog. Ga! Tadi pagi, diriku kudhu nyiap2in administrasi buat UN. Beberapa ada yg miss: papan tatakan yg lupa disiapin, ini-itu yg kelewatan dikopi, tanda ruang yg luntur kena ujan, dll. Dan diriku bolak-balik disuruh ngetik ini itu, disuruh ganti ini itu... Duh. Sayang banget banyak kertas yg kebuang... Huhuhu... Sorry, mother earth.

Eniwei, ini pengalaman pertama jd panitia UN, sekretaris lagi. Dulu milih jadi sekretaris karena ngira bahwa bakal cuman ketik ini dan itu, en karena skill typing-ku sudah diakui sejagat raya antero SMAKI paling canggih, yo ku terima lah. Eh, ternyata jadi sekretaris kudhu siap untuk hal yg laen: diteken, dilecehkan, dihina, en disuruh ini-en-itu (berlebihan).

Satu hal yg paling kubenci, en segera diriku mode defense, adalah kalo diriku disalah2in padahal bukan 100% my fault. Ketika ada yg miss kemudian ada yg bilang (terutama tuh satu guru yg somewhat got really annoying when she did it), 'Lah sekretaris'e pie? Nda bertanggung jawab. Pie gawean'e kok nda cerdas to...' Diriku pengin lempar ni sepatu bergesper tebel ke mukanya. Tapi diriku baek hati. Diriku cuman bisa bentur2in kepalanya ke dinding.

Ini bener2 UN: Ujian Nyabar. Ga cuman nyabar jadi sekretaris, tapi juga nyabar ngadepin anak2 yg ga nyadar2... (Nyabar, en nyadar. Cuman beda b en d tapi beda arti. Itulah fungsi fonem, satu bagian terkecil dari suara yg bisa bikin arti beda. Duh, it's so phonologic and linguistic. Jadi kangen bu Mul... Ooopss, kesurupan setan linguistik. Ga penting.)

Oke. Diriku, en rekan2 guru laen, belajar nyabar ngadepin anak2 yg sampe detik2 terakhir pun masih belom siap 100%. Masih belum peduli bahwa Senin ini mereka mulai UN. Masih ada yg nunggak bayaran 1 tahun. Nyabar kalo ada anak2 yg konsultasi tp nda mudheng2. Nyabar kalo diriku paling ga dianggap guru oleh anak2 kelas 12 (yg ini diriku udah share dg mereka waktu bidston terakhir. Whether or not they cared about it, I don't care!).

Betewe, perayaan paskah kemaren sabtu sudah berjalan dengan baek. Animo jemaat kaya'nya kurang. Dibandingin sama Natal tahun lalu (2008), bener2 njeglek jumlah pesertane. Sayap kanan bahkan kosong melompong. Parah. Beberapa malah ada yg salah ngerti jam mulai, gara2 dua dari tiga undangan salah nyantumin jam. Ada tiga anak yg masih innocent yg dapet brosur bentuk free tiket dikira kudhu bawa tu tiket. Gara2 mereka ga bawa, eh mau pulang ketakutan ga boleh masuk. Duh, nak, ini gereja, bukan gedung konser Mulan Jamidong...

Kadang diriku mikir, kalo perayaan paskah kenapa agak sepi ya? Apa gara2 salah milih tanggal (notabene Senen'nya pada UN, tapi kok malah ada yg basket di hari Minggu?). Or kurang publikasi (tapi tiga kali undangan, event di FB, plus spanduk gedhi apa kurang?). Or karena Paskah ga sepenting Natal (yg mikir gini mending buruan ikut katekisasi bareng aku lagi yo!). Or gara2 ga ada kenang2an... (nah yg mikir gini mending siap2 daku dampar!).

Kelas KTB (Kelompok Tumbuh Berempat, eh Kelompok Tumbuh Bersama) minggu lalu, aku en anak2ku sharing ttg Paskah. We talked about how we viewed Easter and what we expected to get or what we have expected to gain as well as what it really means for us to celebrate Easter, plus Christmas, yearly... Kita semua setuju bahwa Paskah pada hakekatnya sama bermakna dengan Natal, en each has its importance for Christianity. But it's Easter that distinguishes Christianity from other 'religions'. HE's trully the Lord; even death couldn't stop HIM.

Diriku seperti biasa disibukkan sendiri dengan otakku yg terus muter en berpikir... Ga bisa 100% ndengerin Pak Nindyo kotbah. Entah kenapa ini pikiran terus mikir ya? Eniwei, diriku pas kotbah sempet ke balkon dua, en nemuin tuh satu temen yg sendirian di atas. Kasihan. Diriku akhirnya ngajak dia turun, yg tadinya katanya ga boleh duduk di balkon satu, tp puji Tuhan, dia bisa ikut dengerin kotbah di balkon satu...

Betewe, pagi ini buka fesbuk, en ada yg geger. Well, semoga segera berakhir, en finally we live (as God's Family) happily ever after...

GB

Monday, April 13, 2009

4 Ps: Pemilu, Paskah, Plan, Perspective

Halo.

Oke, diriku ngepost sementara anak2ku lagi nonton Amazing Race 1, woops... tunggu. I'm not such an irresponsible teacher. Well. It's a part of the learning. I'll ask them to make a persuassive letter later after they finish watching it. It's for Hortatory exposition. Their task is to convince the readers that they deserve to be the next candidate.

Okeh. Betewe, sudah hampir seminggu berlalu sejak terakhir diriku nge-post en akhirnya menikmati long weekend minggu lalu yang isinya: nonton Quarantine bareng2 (keren! plus jijay!), dolan-en-maem-maem, tidur, en nyontreng.

Nyontreng ini yg pertama, dulu nyoblos :p Tapi ini jadi nyontreng, en pemilu pertama buat adekku. Abis nyontreng, dia bingung dengan apa yg sudah dicontrengnya... Wkk.

(Abis nyontreng bertiga: aku, nico, en mamaku)
Aku: Nyontreng opo kowe?
Nico: H*****
Aku: Heh? Kok bisa?
Nico: Lah, mboh. Ga tahu.
Mama: Ga nyontreng ibu guru kita tercinta di gereja toh.
Aku-en-Nico: Idih!
Nico: Nyontreng opo, koh?
Aku: Selalu: Moncong putih!
Nico: Yang poto2 nyontreng yang mana?
Aku: Ga tahu. Nomer satu. Yang item ga ada potonya.
Nico: Aku nyontreng yg keliatan muda... cakep...
Aku: *dalem ati* Ya oloh, nak, tobat...

Yah, betewe, yg jelas minggu kemaren kita ngerayain Paskah, dua kali: Anak en Umum. Remaja-Pemuda jatahnya besok Sabtu (pray for us!). Paskah Anak seperti biasa berjalan not-well-prepared. Bahkan sampe si MC nyanyi en ngajak macem2 anak2 yg dateng, masih ada juga yg set sound dll. *Phew* Terus Paskah Umum, diriku seperti biasa selalu mencoba force myself to listen well. Tapi, instead of dengerin suara pendeta, yg notabene diriku ga begitu mudheng, diriku dengar suara bayi2 yg usil en ga mau diem... *Phew*

Yg heboh adalah Paskah KPI kemaren sore. Kita mengguncang gereja! Beneran! Dengan suara sound system yg penuh ngiiing-nguuung-ngiiik-grusak-gresek-ogrek-ogrek... PATHETIC!!! Jadi selama lebih dari empat minggu latihan, berakhir dengan duet: piano en drum... Diriku berusaha sekuat tenaga memijit tuh tuts-item-putih. Cape...

Diriku ga puas, en masih pengin mengulang tuh Perayaan. Wish I had a time machine! Seperti biasa ada juga yg bicara di belakang, a.k.a ng'glendengi-plus-ngedumel. Diriku mencoba menjadi pria sejati (emang selama ini belom pria kok... khukhukhu... Ihik-ihik...). Apa yg emang kudhu disampekan ya disampekan. Why not? En why malah bicara dibelakang?

Betewe, diriku minggu ini bakal disibukkan dengan kerjaan untuk Panitia UN SMAKI. Diriku sekertaris-yang-ditindas-dan-dihina... Kasihanilah daku. (Semoga Bu Nia en Bu Nikken baca ini, en mereka pasti akan tambah menghinaku... Wakakaka). Diriku melakukan semua tugas berat itu: ngeNet, chatting, buka fesbuk, download video, cari mp3, en ngetik buat administrasi UN. Mhwahwahwa... Moga2 tangan ini ga kaku lagi gara2 kebanyakan maen laptop.

Oke. So, diriku kemaren sudah berbohong dengan dua teman yg pulang balek dari perantauan mereka (baca: Jakarta). Waktu ditanya gimana keputusanku, I said I haven't made one. Padahal beberapa yg di Mgl sdh tahu kalo diriku bakal stay in my lovely hometown. There're many reasons. God knows them well. :p

A friend said that I should be well prepared and take time soon to re-plan my near future. Ya iya lah. Juni akhir aku sudah cabut dari SMAKI. En diriku kudhu segera cari kerjaan laen. Aku ga mau jadi seorang pengacara (pengagguran ga ada acara). Well... Diriku bingung sendiri.

Well. Buat penutup, diriku belajar en semakin diyakinkan bahwa orang yg beda liat sesuatu dg cara yg berbeda. Misal waktu liat gajah, diriku biasa ajah. Aku juga punya gajah kecilku... wooo.... Buat orang lain mungkin beda lagi. Buat Deddy, mungkin gajah disayang banget, kaya sodara ndiri. Titi langsung berliur en horny liat gajah. Yg laen bakal tereak2 ketakutan liat gajah. Buat Nico, adekku, gajah dipuja-en-dipuji en disembah2... Well. Sebagai seorang analytical melancholist diriku coba memahami why en how they see it. Diriku belajar buat tidak blame or judge something ketika mereka view differently from mine.

GBU!