Wednesday, January 6, 2010

Dan's writing a 'drama script'... :)

[For FB user, please click here...]

Happy X'mas and Happy New Year to you!

So, kemaren Desember (yang melelahkan, no comment, no protest, pls) sudah berlalu, en tahun baru langsung disambut Camp Guru (Camp deh, bukan Retreat seperti nama yg diberikan) langsung ada dalam jadwal saya. Dari retret tiga hari dua malam itu, ada banyak hal, en entah kenapa malah memberikan saya ide untuk menulis post ini... Enjoy it!


Teachers' Camp: Teachers Unleashed...

Disclaimer: Tulisan ini hanya untuk guyon, kalo ada yang sesuai dengan kenyataan dan fakta yang terjadi, ya emang begitulah yang terjadi... Kalo ada yang tersinggung mohon maaf yang sebesar-besarnya, tapi tulisan ini sudah melewati proses editting dan sensor yang telah melenyapkan segala bagian yang a-nonoh dan tidak pantas dikonsumsi oleh batita maupun sepuh di atas 80 tahun. Thanks.

SETTING:
Kaliurang, Wisma Kana, wisma yang cukup besar, dua tingkat, dan sekitarnya. Udara sejuk, kadang berawan mendung dan gerimis mengundang. Aula Wisma persegi panjang. Kamar peserta di Wisma, kecil, empat-kali-tiga (?) yang dipaksa diisi dobel bed (yang sebenernya satu bed itu diturunin dari spring bed yg laen, sehingga spring bed yg asli jadi atos) dan saking memaksanya pintu ga bisa dibuka selebar-lebarnya karena nabrak kasur.

KARAKTER:
1. Daniel (DK), cowok 24 tahun, paling muda dalem camp yang in fact bikin shock banyak orang karena ber-mutu (ber-muka tua), pendiem dan lebih banyak waktu sendirian buat ngupil tidur...


ACT 1, SCENE 1
SETTING: Kamar 11, plus selasar depan kamar lantai 2. Pagi menjelang siang setelah perjalanan, dan unpacking barang-barang bawaan.

DK: (Agak ngantuk. Sudah ganti celana pendek. Memutuskan untuk turun ke aula, en ngecek keadaan Wisma Kana. Buka pintu kamar, dan sontak menangkap en membau sesuatu yang menyengat yang bikin dirinya males keluar kamar...)

Para Pak Guru: (Duduk dengan santai, mengobrol di selasar kamar. Ketawa. Ngobrol. NGEROKOK dengan santainya. Asap rokok jadi penghias pemandangan selasar.)

DK: (Tahan napas dengan tersiksa, berjalan menerobos asap, en berpikir bahwa inilah kesuksesan para GURU memberikan sesuatu yang layak di GUgu dan di tiRU dari mereka.)


ACT 2, SCENE 1
SETTING: Kamar 11, habis mandi pagi.

DK: (Habis mandir, bersihin en rapiin kasur deket pintu.)

Pak Guru: Oi, selamat pagi... (dengan santainya berjalan mantap dari luar, menerobos masuk lewat [baca: menginjak-injak] kasur yang tadinya sudah rapi en bersih, ke kasurnya yang lebih tinggi, dan dengan indahnya meninggalkan cap kakinya yang masih basah dengan beberapa ornamen pasir.)

DK: (Melongo heran)


ACT 2, SCENE 2
SETTING: Siang hari. Para peserta sedang Outbound mengelilingi kawasan di sekitar Wisma Kana. Kelompok Dankuur en Kelompok Hebat sedang bersantai-santai menunggu giliran di satu pos.

Bu Guru 1: Eh, ada uler. Ada uler. (Menunjuk ke bawah.)

Bu Guru 2: Ow, lempar ke Pak Guru itu. Yang ijo bajunya. Dia takut.

DK: (Senyum licik mau iseng. Pura-pura ngambil ulet pake tongkat, en ngelempar.) Ini ya, pak? Awas pak, uler! (Pak Guru berbaju ijo lari menjauh padahal posisi dirinya sendiri juga udah jauh dari kelompok saking merindingnya denger kata uler.

Pak Guru Laennya: Opo to? Oh, ming uler koyo ngene. (Menunduk, ambil uler pake tangan langsung.)

Guru-guru termasuk DK: (Lari ngacir liat si bapak ambil uler pake jari tangannya dan sekarang ketawa nakut-nakutin semuanya.)


ACT 2, SCENE 3
SEETING: Sore hari, Kamar 11.

DK: (Mau mandi, sudah siap dengan segala senjata perang untuk mandi. Melangkah masuk dengan mantapnya ke kamar mandi, dan sesaat terinfeksi HIV [Hasrat Ingin Vivis]. Membuka tutup toilet duduk, dan shock ada beberapa benda a-nonoh yang melayang dengan indahnya disana. Buru-buru pengin keluar en muntah...)


ACT 2, SCENE 4
SETTING: Siang hari, waktu session, peserta mengisi aula yang agak sempit en panas.

DK: (Mendengar Pak RC dengan seksama, en sesaat perhatian teralih ke satu guru yang duduk di depannya, en tiba-tiba berdiri en berjalan keluar. Tidak begitu acuh selanjutnya. Perhatian tertuju lagi ke guru yang tadi keluar sekarang masuk dengan sesuatu di tangannya. Mencoba kembali mendengarkan Pak RC.)

Bu Guru: (KREEEK... Membuka sesuatu, bungkusan.)

DK: (Mengamati guru yang sekarang sedang membuka bungkusan, yang ternyata bungkusan berlabel ceriping)

Bu Guru: (Melihat DK yang sekarang sedang mengamatinya. Tersenyum.) Mau? Biar nda ngantuk.

DK: (Geleng plus senyum. Berpikir bahwa boleh bawa sangu, en sesaat berpikir boleh mencoba sangu pop-mie dalem Sessi).


ACT 2, SCENE 5

SETTING: Aula, another session, guru-guru sudah mulai exhausted.

Pak RC: (Menyampaikan materi dengan semangat, dan seperti biasa bersenjatakan senyum en gurauan plus segala banyolan yang bisa bikin peserta ngguyu.) ... itu karena saya sadar siapa saya di depan Yesus ... (Terus nyampein materi. Mbanyol.) ... ya itu rahasia saya dengan Yesus...

Bu-Guru-yang-duduk-sebelah-DK: (Ngomong setengah bisik dengan kenceng ke DK.) Gayamu. Memang'e pernah ketemu Yesus po?

DK: (Shocked. Diem. Tampang luar senyum, tapi dalem otak ketawa ngakak dan sekaligus di waktu yang sama mikir keras banget...)


ACT 2, SCENE 6

SETTING: Malem hari, waktu Dedication Service.

DK: (Mengamati keadaan sekitar. Lampu temaram bikin mata DK tidak bisa melihat dengan jelas. Tiba-tiba kaget denger sesuatu yang unik.)

Seorang Bapak Tua yang Karena Kedudukannya Sepatutnya Dihormati dan Dihargai: (Dengan volume yang tidak begitu keras.) NGGROOOOOOKKKK...

DK: (Mengamati dengan keras, melihat si Bapak kepalanya terkulai ke belakang, kemudian tangannya bergerak-gerak kecil, mulutnya sesekali mbuka tutup kaya ikan mas koki. Berpikir bahwa Dedication Service juga efektif untuk waktu istirahat.)


ACT 2, SCENE 7
SETTING: Malem hari, habis Dedication Service.

Para Peserta: (Masih haru. Beberapa dengan mata basah karena air mata. Beberapa peserta kembali ke tempat duduk dari posisi duduk di lantainya.)

MC: Yah, bapak ibu, ada hari ini ada yang spesial untuk seorang rekan kita...

DK: (Sudah bisa menangkap apa yang akan terjadi, dan heran dengan yang terjadi 10-15 menit selanjutnya ketika semua haru biru en temaram suasana emosional en sentimentil dedication service itu berubah 180 derajat menjadi sorak-sorak dan guyonan karena perayaan ulang tahun seorang rekan guru. Berpikir dalam hati: Oh, begini toh habis Dedication Service... Hm... Beda budaya kali, ya...?)


ACT 3, SCENE 1
SETTING: Sessi di pagi hari. Para peserta dapet tugas untuk sharing personal Action Plan.

DK: (Barusan keluar ambil obat suplemen di kamar, balek lagi ke Aula. Ketemu Pak RC di depan pintu aula.)

Pak RC: Ayo, Dankuur! Kamu Bisa!

DK: (Senyum agak cengok.) Bisa apanya, Pak?

Pak RC: Ah, kamu itu potensial sekali tapi baru 30% potensi yang kamu kembangin.

DK: (Tambah cengok dan menyadari dengan sangat bahwa perkataan Pak RC bakal menghantui pikirannya bahkan sampe setelah camp sudah selesai.)


ACT 3, SCENE 2
SETTING: Siang hari. Kebaktian Penutup.

Pak Eka: Jadi Bapak dan Ibu. Mahkota yang sudah Anda susun dari kertas lipat jadi lambang seperti mahkota yang dipercayakan untuk kita. Ada yang bilang ini seperti mahkota duri. Ada harga yang harus dibayar. Ini mahkota yang mengingatkan kita akan mahkota yang akan kita terima nanti kalau kita setia dengan panggilan tugas pelayanan kita. Dan untuk itu kita akan memakainya bersama setelah rekan-rekan perwakilan akan dipakaikan mahkotanya.

DK: (Merasa bahwa ada yang ga enak di dalem hati.)

Pak Eka: Dan sebagai perwakilan, kami undang dua guru masing-masing dari Magelang maupun Klaten. Yang paling tua dan yang paling muda.

DK: (Perasaan ga enaknya nyata. Celingak-celinguk sambil tetap diam.)

Pak Eka: Dari Magelang?

Pak Guru SMP: Tertua Bu Giarti, dan termuda ini, Pak Kris.

Pak Guru SMA: Bukan, Pak Dankuur.

Pak Guru SMP: Pak Kris tahun berapa?

Pak Kris: Delapan Empat.

Bu Guru SMA: Pak Dankuur delapan lima.

Pak Eka: Ya, Bu Giarti dan Pak Dankuur silakan maju.

DK: (Maju dengan senyum garing, menyadari banyak guru Klaten yang pastinya kaget dan meragukan mana yang termuda dan mana yang tertua dan mungkin terbalik.)


ACT 3, SCENE 3
SETTING: Siang hari. Habis kebaktian penutup. Aula sontak jadi sentimentil en emosional. Para guru saling jabat, peluk, dan menangis, apalagi lintas: Magelang-Klaten.

DK: (Jadi pengamat yang baik setelah memberi banyak salam, terutama ke guru-guru dari Klaten. Sekarang berpikir bahwa Dedication Service kalah jauh sentimentil dan emosional-nya daripada Farewell ini. Sementara banyak guru cewek yang masih sesenggukan nangis sambil peluk rekan-rekannya.)


ACT 3, SCENE 4

SETTING: (Di depan kamar lantai 1, para guru menikmati makan duren sambil menunggu waktu pulang ke Magelang.)

DK: Enyak-enyak-enyak (Sambil menikmati duren.)

Pak Guru Berkumis: (Habis menikmati satu buah, dan masih membawa satu bagian kulit durian di tangannya dengan dua buah lain di dalam cekungan kulit itu, berdiri dekat dengan tempat sampah. Dengan santainya membuang jauh biji durian ke tanah.)

DK: Pak, ini sampah! Pie to malah dibuang sembarangan ke sana!

Pak Guru Berkumis: (Tampang sok cengok.) Oh! Sapa, ya, yang buang sampah sembarangan? Hayo sapa?

DK: (Senyum sinis. Berpikir heran dan menemukan satu lagi alasan mengapa guru layak diguGU dan ditiRU.)

No comments: