DK: "Besok ultah (Nico--adik saya), Emak mau bikinin apa?"
Emak: "Es sarang burung."
DK: "Haee? Dari apa?"
Emak: "Dari sarang burung, toh. Ayo temeni Emak cari sarangnya sekarang."
Dan kami pergi keluar, (pura-pura) cari sarang burung, sambil saya excited buat cari sarang beneran dan terus penasaran bagaimana cara mengolahnya jadi es.
Memori masa kecil ini yang paling saya ingat dari emak/nenek saya, selain ingatan saya dimana Emak ngajarin saya cari undur-undur, main kelereng, nerbangin layang-layang, dan lainnya. She never failed to ignite my curiosity.
Emak Song (saya dari dulu manggil beliau dengan nama ini, alih-alih Emak Swan, dan tidak tahu darimana saya dapat nama itu) dulu sering pergi main, vacation, ke Jogja. Biasanya Emak bakal siapin bekal masakan dari rumah, nanti di tengah main-main di Jogja, kalu kami kelaparan, bakal berhenti cari tempat teduh, terus kami makan di dalam mobil.
As I grew up, saya ingat sering main ke rumahnya Emak yang notabene tidak jauh dari rumah ortu saya. Saya suka ngabisin waktu, sambil 'mengemis' makanan disana kalau lauk di rumah habis, sampai Emak hapal hobi saya main ke rumahnya kalau tidak tidur siang ya numpang makan. Kadang juga kalau disana tidak ada makanan, dulu ketika Emak masih sehat, beliau rela masakin saya mi instan atau telur goreng. Jadi rumah Emak itu semacam rumah kedua.
'DK, kamu dekat sama Emak kamu?' itu yang ditanyakan beberapa teman ketika bertemu di rumah duka kemarin.
Well, beliau satu-satunya orang tua dari papa mama saya yang bisa saya kenal dan punya memori bersama. Suami Emak sudah lama meninggal. Sementara ortu dari papa saya juga sudah meninggal ketika saya masih bayi. Kata orang nenek-kakek itu sayang (banget) sama cucu-cucunya. Dan itu benar untuk Emak. Saya tidak bisa banyak cerita hal-hal pribadi saya ke beliau, meski di beberapa kesempatan saya juga bertukar cerita dan pikiran dengan Emak.
Satu yang saya ingat Emak sering katakan, 'Nda usah neko-neko, toh, Dan,' ketika saya minta atau berulah yang macam-macam. She lived with simplicity. Saya pernah mencuri dengar ketika Emak bercerita tentang kerabat yang sedang ada masalah dengan dirinya, beliau coba untuk tetap tenang, tidak terprovokasi, dan tidak mendendam. Dan yang jelas dia itu tidak suka pamer atau pun cari perhatian.
Emak itu disayang anak dan cucu-cucunya, dan dia juga sebaliknya sayang kami. Dan saya yakin emak sudah bisa senyum dan sehat lagi di Sana. A piece of our heart now lives in Heaven.
No comments:
Post a Comment