Durian itu nikmat. Tapi buat yang doyan, tidak pantang dan dilarang makan. Saya salah satunya.
Jadi kalau sudah ada durian yang baunya menyebar ke seluruh rumah (PS. Indra penciuman saya cukup kuat, terbukti dengan hidung yang ukurannya lumayan gedhe, entah memang nyambung atau tidak), saya bakal langsung liar mencari-cari dimana letak buah berduri itu.
Sayangnya tidak semua orang suka buah yang asalnya dari Asia Tenggara ini. Jadi meski saya bisa begitu menikmati makan duren, sampe jilat-jilat jari, orang lain mungkin responnya biasa saja. Atau malah mereka jijik dan tereak-tereak kalau mencium bau duren, dan sebelum akhirnya mereka mual dan pengin mutah. (Ada yang sudah jijik lihat gambar durian di atas? Saya sengaja kalau begitu.) Apalagi kalau dikasi ke penderita hipertensi, kita malah bisa dianggap sedang minta warisan dari mereka.
Terus kalau pengin berbagi buah durian (anggap kalau orangnya suka durian), gak mungkin, kan, ngasih durian dengan cara dilempar, lengkap dengan kulitnya? Yang ada ini ngasih kesempatan buat di-opname or langsung dikirim ke kuburan.
Bisa juga waktu buat ngasih buahnya gak tepat. Katanya, katanya loh (padahal ternyata mitos), pas hamil, wanita tidak boleh makan durian. Kalau pria sih ga masalah, ya? *siap-siap dilempar durian* Sukur-sukur kalau duriannya disimpan, atau dioper ke orang lain. Kalau dibuang, kan mubazir. Bisa juga, duriannya dikasi abis minum bir, bisa tambah toying itu.
Berbagi niat baik itu mungkin juga sama seperti berbagi buah durian.
Niatnya memang baik. Entah itu yang universally baik, atau menurut kita baik, karena kita pernah ngincipin (baca: mengalami) hal yang serupa. Tapi, ya, bisa saja niat baik itu jadi masalah buat orang lain.
Entah karena target orangnya salah. Atau karena cara menyampaikan atau memberikan niat baik itu kurang tepat. Atau mungkin karena bukan/belum momennya yang pas buat menyampaikan niat baik itu.
Ya, yang paling menyebalkan, kalau memang semuanya sudah pas, eh, ternyata orang yang mau jadi target niat baik ini notabene sudah benci tingkat setan ke kita. Dengan atau tanpa alasan yang masuk akal manusia. Niat baik level dewa manapun dan sesuci apapun bisa dianggap tokai kucing.
Jadi, saya belajar kalau good will itu tidak sesimpel itu. Tapi, bersyukur kalau kita bisa memikirkan dan ingin punya niat baik buat orang lain, di tengah trend pola hidup yang makin individualis dan apatis.
Pak Kent Keith mengingatkan, meski dunianya bobrok, kita kudu tetap berusaha mengasihi, tetap melakukan yang baik, tetap menolong, dan tetap memberi yang terbaik. Tinggal menambahkan strategi yang tepat buat melakukan semua itu.
Ciao.
PS.
Habis makan durian, kalau cuci tangan katanya disuruh merem matanya, biar baunya ilang.
Saya pernah coba. Dan tidak ngefek. -_-
No comments:
Post a Comment