Halo. As usual, FB user, please click here.
This is just a quick post, mencoba mengubah kebiasaan menulis panjang dengan postingan pendek tapi lebih sering aja. Kenapa? Karena otak ini selalu berisi banyak hal, dan saya rasa mubazir kalo tidak di-share-kan dengan teman-teman. Sapa tau saya bisa meracuni pikiran Anda... :D
Eniwe, saya akhir2 ini semakin menikmati perjalanan commuting saya, bolak-balik salatiga-magelang, apalagi kalo naek motor, lewat kopeng. Plus kalo nda ujan :D or ujan siang hari, boleh lah, asal jangan pas malem, hehehe. Tapi malem juga keren kok, btw.
Saya selalu takjub dengan yg namanya Nature. Alam. Semesta. Mungkin cuma bagian kecil alam yg saya liat. Jajaran gunung, hutan hijau, biru langit, kadang semburat kuning di sore hari. Dan itu cuman di kompleks besar Magelang-Kopeng-Salatiga. Mungkin saya bakal lebih takjub en nda berhenti melongo kalo saya pergi ke New Zealand, or ke Fuji @ Japan, or Ayer Rocks @ Aussie, Niagara @ USetc. Tapi saya bersyukur dengan hal-hal semacam itu saya bisa makin meyakini bahwa ada Pribadi yang Mencipta. Ada Someone behind all those things, or behind the life itself.
Jujur, sudah tiga bulanan hidup rohani saya ampang. Nda ada yg 'ngisi' sama sekali. Saya memulai hari dengan doa. Tapi saya kosong sama sekali buat SaTe. Tapi dua hal, yg saya syukuri, tetap mengingatkan bahwa Dia memelihara hidup saya: Nature dan Musik. Saya masih merinding, dan selalu spontan berkata 'Puji Tuhan' (setelah saya takjub en nyeletuk.. 'What the...') Buat yg kedua, honestly saya selalu merinding en, ehm, agak basah ini mata setiap kali saya denger lagu 'When I Survey the Wondrous Cross'.
Tiap orang punya pengalaman sendiri2 buat ngerasain en ngeyakini bahwa ada si Dia. Ada yg bisa menyaksikan kehadirannya lewat kegiatan sehari2, kaya Brother Lawrence. Ada yg lewat pengalaman spektakuler en bombastis baru percaya. Ada yg dibantu musik. Ada yg memang menghayati hidup spiritual. Ada yg dikuatkan dengan kesaksian orang lain. Ada yg menyaksikan kebesarannya lewat alam, and that's me.
Saya tahu, bahwa saya salah en kudu 'balik'; dan saya sendiri masih merindukan saat saya ngobrol pribadi dengan Dia (baca: SaTe) walo saya sering, atau selalu juga, continuously speak and wonder what would He do, if I were Him, terutama di perjalanan dan di balik kaca jendela bis yang suram itu.
GB
No comments:
Post a Comment